Pontianak (ANTARA) - Lima mahasiswa lintas fakultas dari Universitas Tanjungpura Pontianak menciptakan alat kesehatan bernama PostureTrack, sebuah perangkat pintar berbasis machine learning yang berfungsi memantau postur tubuh pengguna saat duduk dan membantu mencegah gangguan tulang belakang.
"Kami ingin menciptakan alat yang tidak hanya bersifat pencegahan, tetapi juga edukatif. PostureTrack mampu memantau posisi duduk pengguna secara real time dan memberikan peringatan jika postur tubuh tidak ideal," kata Ketua Tim PostureTrack Untan, Afrizal, di Pontianak, Kamis.
Inovasi tersebut lahir dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) Kemendikbudristek. Tim ini diketuai oleh Afrizal, mahasiswa Teknik Elektro, bersama empat anggota lintas program studi Teknik Informatika dan Kedokteran.
Menurut Afrizal, ide ini berawal dari meningkatnya kasus low back pain atau nyeri punggung bawah akibat duduk terlalu lama dengan posisi yang salah. Dengan pendekatan multidisiplin, tim merancang perangkat wearable berbentuk strap yang dilengkapi sensor gyroscope untuk membaca sudut kemiringan tubuh pengguna.
Data yang diperoleh diolah melalui algoritma machine learning dan ditampilkan di laman web khusus. Setiap pengguna memiliki ID tersendiri yang terhubung dengan alatnya. Jika pengguna duduk dalam posisi tidak ergonomis selama lebih dari lima menit, alat akan memberikan notifikasi getaran sebagai pengingat agar memperbaiki posisi duduknya.
"Dalam sistemnya juga terdapat fitur rekomendasi berupa latihan peregangan untuk membantu menjaga postur tubuh tetap ideal," tuturnya.
Tim PostureTrack kini tengah bersiap mengajukan desain industri ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) untuk mendapatkan perlindungan hak cipta. Setelah itu, mereka berencana bekerja sama dengan Inkubator Bisnis Teknologi Untan guna mematangkan aspek komersialisasi produk.
Baca juga: Mendiktisaintek: Penelitian dan inovasi PTN dorong kemajuan daerah
"Kami berharap PostureTrack bisa dikembangkan lebih jauh dan diproduksi massal agar dapat membantu masyarakat luas, terutama pekerja kantoran yang rentan mengalami gangguan tulang belakang," kata Afrizal.
Selain itu, inovasi PostureTrack juga telah mendapatkan dua sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum, serta disertai modul penggunaan bagi masyarakat umum.
Sebelum diuji coba kepada manusia, tim PostureTrack terlebih dahulu mengikuti kajian etik dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Untan. Hasilnya, alat ini dinyatakan layak etik sesuai dengan tujuh standar WHO 2011.
"Uji etik ini sangat penting karena PostureTrack termasuk kategori alat kesehatan. Tanpa persetujuan etik, alat ini tidak bisa diuji pada manusia," kata Dosen Pembimbing Tim, Dr Ferry Hadary.
Ferry menambahkan, proyek ini mendapat dukungan penuh dari universitas dan Kemendikbudristek. "Tim yang lolos tahap pendanaan PKM Karsa Cipta memperoleh hibah sebesar Rp7 juta untuk menyelesaikan alatnya. Untan juga memfasilitasi seluruh kebutuhan riset dan pengujian," katanya.
Ia menilai semangat kolaborasi lintas disiplin yang ditunjukkan mahasiswa menjadi cerminan generasi muda yang kreatif, adaptif, dan solutif terhadap permasalahan kesehatan masyarakat.
"Kolaborasi antara mahasiswa teknik dan kedokteran ini menunjukkan bahwa inovasi terbaik lahir dari sinergi lintas bidang. Untan akan terus mendukung mereka agar hasil riset ini bisa memberikan manfaat nyata," katanya.
Baca juga: Fakultas Kehutanan Untan bangun laboratorium persemaian
Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.