Jakarta (ANTARA) - Dompet Dhuafa menyebut program Maggotin menjadi terobosan pengelolaan sampah yang dapat membantu perekonomian para penerima manfaat dan menjadi percontohan terhadap program edukasi zero waste, serta menjadi pemantik gerakan pengelolaan sampah organik dari rumah.
Pendamping Program Dompet Dhuafa, Wawan Setiawan dalam keterangan di Jakarta, Rabu, mengatakan pemanfaatan limbah sampah organik dapat menciptakan peluang bisnis dan ekonomi bagi peternak maggot. Bermula dari banyaknya sampah organik, seperti sayur mayur, limbah restoran memunculkan ide untuk beternak dan mengembangkan maggot lebih luas lagi.
Dia menyebutkan bahwa program Maggotin mengintegrasikan pemanfaatan sampah untuk pakan maggot, kemudian maggot digunakan untuk pakan lele dan unggas. Hasilnya, para mustahik mendapatkan penghasilan tambahan dari proses budi daya ini.
Baca juga: DLH: Budi daya maggot kurangi sampah ke TPA hingga 3 ton per hari
"Dengan adanya pemberdayaan maggot di desa ini, penguraian sampah yang ada di pasar, bahkan di lingkungan sekitar dapat dilakukan dengan optimal, khususnya sampah organik atau sampah sisa makanan," kata Wawan.
Dalam keterangan yang sama, salah satu pegiat Maggot di JT Agung, Karanganyar, Lampung Paiman mengatakan awal mula peternakan maggotnya dikembangkan dengan skala kecil. Karena dana dan pengetahuan akan budi daya maggot kurang, akhirnya keuntungannya kecil.
Kemudian, katanya, Dompet Dhuafa melirik potensi besar maggot yang dikembangkan olehnya, alhasil maggot tidak sekedar potensi pakan ternak, namun juga akan merambah di bidang kosmetik.
Paiman mengapresiasi bantuan kandang maggot yang diterima. Ia juga sudah lama memiliki keinginan untuk mengurai sampah-sampah basah (organik) supaya tidak menyebabkan bau busuk dan penyakit. Keinginannya itu terwujud bersamaan dengan adanya program Maggotin.
Baca juga: Pemkot Jaksel ajarkan budi daya maggot guna kurangi sampah
Baca juga: Pertamina Hulu Energi resmikan rumah pusat studi budi daya maggot
"Maggot memiliki kemampuan dalam mengurai sampah dengan sangat cepat. Dalam waktu 24 jam, 10 ribu ekor maggot BSF dapat mengurai 5 kg sampah organik. Maggot juga mampu memakan sampah organik sebanyak 2 hingga 5 kali berat badannya per hari," paparnya.
“Kita di sini ada sekitar 50 ribu ikan lele yang siap panen. Bila diberikan pakan pur, itu biayanya sangat besar. Tetapi, dengan maggot ini bisa lebih murah dan terbantu," ujarnya.
Untuk sistem jual secara daring, Paiman meraih keuntungan bersih Rp3-5 juta selama sebulan. Sedangkan secara luring, dia menyebut keuntungannya sampai Rp500 ribu-Rp1 juta per bulan.
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025