Jakarta (ANTARA) - Lagu "Marilah Kemari" karya Titiek Puspa, salah satu penyanyi legendaris Indonesia, menjadi salah satu musik pop lawas yang masih dikenang hingga saat ini.
"Marilah Kemari" pertama kali dirilis pada tahun 1978. Lagu ini dinyanyikan oleh Titiek Puspa bersama dua penyanyi cilik, Geofanny dan Saskia.
Saat mendengarkan lagu ini, secara tak langsung Titiek mengingatkan kita untuk selalu bahagia, karena untuk merasa bahagia cukup sederhana yakni berkumpul dan menari bersama.
Lagu ini tak hanya sekadar untuk hiburan, tetapi juga mengandung makna tentang kebersamaan, kegembiraan, dan ajakan untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan dengan menyendiri.
Dengan melodi ceria dan lirik yang mudah diingat, lagu ini telah menjadi bagian dari warisan musik Indonesia yang disukai banyak kalangan anak-anak hingga dewasa.
Selain itu, karena pada saat tahun 1970-an semua lagu dansa berasal dari luar negeri, lagu "Marilah Kemari" merupakan salah satu cikal bakal lahirnya lagu dansa Indonesia karya Titiek dan menjadi lagu hits pada tahun itu.
Pada tahun 2000, kolaborasi para penyanyi populer yakni Ariel "Noah", Iwan Fals, Project Pop, Chrisye, David, Rossa, Pasha "Ungu", Kahitna, dan Seurieus, kembali menyanyikan lagu ini.
Lirik lagu "Marilah Kemari" karya Titiek Puspa
Marilah kemari hey hey hey hey hey kawan
Akulah disini hey hey hey hey hey kasih
Mari bergembira bersama-sama
Hilangkan hati duka lara
Boleh dua-duaan
Asal tetap dilingkaran
Tapi awas jangan pergi berduaan
Nenek bilang itu berbahaya
Hey hey hey hey
Marilah kemari hu hu hey kawan
Dan kini menari hey hey hey hey kasih
Mari bergembira bersama-sama
Hilangkan hati duka lara
Mari mari mari mari mari mari
Mari mari bergembira ha ha
Hilang duka hilang duka hilang duka
Hilang duka bergembira ho ho
Mari mari hu
Baca juga: Lirik lagu "Dansa Yok Dansa" dari Titiek Puspa
Baca juga: Perjalanan karir dan prestasi gemilang Titiek Puspa di Industri Musik
Baca juga: Tak hanya kakak, Titiek Puspa juga sosok ibu & teman bagi adik-adiknya
Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025