Lewat tafsir Al-Mulk, Gus Baha ingatkan ancaman krisis lingkungan

2 months ago 26

Jakarta (ANTARA) - Ulama tafsir Al Quran asal Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim mengingatkan umat Islam akan ancaman krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini sehingga diminta untuk meningkatkan kewaspadaan.

Pria yang akrab disapa Gus Baha ini menekankan bahwa Al Quran sudah memberi peringatan tentang potensi krisis ekologis yang dapat mengancam kehidupan.

"Kita ini sangat bergantung pada kestabilan kosmik dan geologis. Jangan merasa aman secara mutlak," ujar Gus Baha dalam International Conference on Islamic Ecotheology for the Future of the Earth (ICIEFE) 2025 di Jakarta, Selasa.

Konferensi ICIEFE menjadi bagian dari rangkaian Peaceful Muharam 1447 H yang digelar Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama.

Menurut Gus Baha, peringatan Allah dalam surah Al-Mulk ayat 16–17 menunjukkan bahwa manusia tidak boleh merasa aman sepenuhnya terhadap stabilitas bumi. Ia menafsirkan kata tamūr sebagai gerakan bumi yang tiba-tiba dan mengguncang.

"Di semua tafsir, kata tamūr diartikan sebagai at-taḍrību wa-tartafi‘u fawqakum, yaitu bumi yang bergelombang dan menggeliat di atas kalian," kata dia.

Menurut dia, ancaman juga bisa datang dari langit, sebagaimana dalam ayat lain yang menyebut potensi terjadinya ḥāsib, yaitu benda-benda langit yang jatuh dan membahayakan bumi.

Ia menekankan pentingnya memahami sistem bumi yang telah diatur sedemikian rupa oleh Tuhan, termasuk kemampuannya dalam menyerap dan mengalirkan air.

"Kalau bumi mengisap semua air, lalu kamu tidak menemukan air, kamu bisa apa?," katanya.

Baca juga: Prabowo ajak BRICS percepat transisi energi lawan krisis iklim

Menurut Gus Baha, ayat-ayat tersebut mengandung pesan spiritual agar manusia lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam mengelola alam. Tafsir Al Quran, katanya, bukan hanya teks keagamaan, tetapi juga panduan ekologis yang sarat dengan peringatan dan hikmah.

Konferensi ICIEFE 2025 menjadi ruang refleksi untuk membangun pemahaman ekoteologi Islam yang kontekstual dan inklusif. Kegiatan ini juga merupakan tindak lanjut dari Deklarasi Istiqlal 2024 yang menegaskan pentingnya Pancasila sebagai fondasi etika bumi dan solidaritas ekologis lintas iman.

Digelar selama 14–16 Juli 2025, konferensi ini diikuti oleh unsur pemerintah, akademisi dalam dan luar negeri, tokoh agama, aktivis sipil, media, pelajar dari pesantren dan universitas, hingga komunitas lingkungan.

Baca juga: Krisis iklim, MUI ajak pemuka agama berperan bangun kesadaran ekologis

Baca juga: Cak Imin luncurkan komunitas PKB EcoGen hadapi tantangan krisis iklim

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |