Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf mengatakan peluncuran buku Menavigasi Perubahan NU dan Pesantren menjadi navigasi agar NU bergerak secara strategis, tidak hanya ada tanpa posisi dan peran strategis untuk menyelesaikan masalah keagamaan dan kebangsaan.
Bergerak strategis itu, menurut Gus Yahya, NU harus bisa merumuskan visi yang akan dituju, bisa mengelola keadaan untuk mencapai tujuannya, serta mampu bertindak strategis untuk menggerakkan lingkungan di sekitarnya demi mewujudkan visi.
“Kalau NU tidak bisa bertindak dan bergerak secara strategis, maka keberadaan NU tidak akan dianggap, wujuduhu ka adamihi, dan itu bukan pilihan kita,” katanya Gus Yahya dalam rilis yang disiarkan di Jakarta pada Sabtu.
Ia menerangkan buku 337 halaman itu ditulis oleh 10 pakar dan aktivis NU sebagai syarah atas 2 matan tulisan dirinya tentang NU dan Pesantren.
Tulisan pertama berjudul 'Peta Masalah Dunia Pesantren', dan yang kedua 'Konsolidasi, Sebuah Keharusan bagi NU'.
Baca juga: Rais Aam PBNU: Pesantren mitra strategis negara bangun peradaban
Dalam tulisan matan yang ditulisnya dalam buku ini, Gus Yahya mengajukan tiga matra konsolidasi sebagai sebuah keharusan bagi NU, untuk mewujudkan target bergerak secara strategis.
Tiga matra itu, adalah konsolidasi tata kelola, konsolidasi Sumber daya dan konsolidasi agenda.
Konsekuensinya, kata dia, PBNU membuat aturan main bahwa setiap tindakan atas nama NU harus mengikuti aturan dan prosedur demi menjaga integritas dan martabat NU.
Dalam tulisan matan tentang peta masalah pesantren, Gus Yahya menyoroti perlunya integrasi pesantren ke dalam sistem untuk menghadapi masalah, dengan menempatkan pesantren ke dalam tiga klaster utama.
Ketiga klaster itu adalah klaster pesantren sebagai lembaga pendidikan, pesantren sebagai pilar komunitas dan terakhir kaitan pesantren dengan NU.
Baca juga: Organisasi keagamaan serukan konsensus kebangsaan digelorakan lagi
Ia pun mengajukan perlunya transformasi pengelolaan pesantren melalui governing system melalui standarisasi dalam hal infrastruktur, kurikulum, SDM dan tata kelola pesantren.
Penulis kata pengantar buku tersebut, Rumadi Ahmad berharap buku itu bisa menjadi bahan diskusi oleh aktivis dan pengurus NU, di lembaga, badan otonom atau di tingkat kepengurusan di tingkat PBNU, PWNU, PCNU hingga ranting.
Dia berharap buku tersebut bisa menjadi penunjuk arah atau navigasi bagi NU dan Pesantren dalam menghadapi multi perubahan.
"Terima kasih kepada semua pihak, khususnya para penulis syarah yang memungkinkan kita bisa melihat secara lebih jelas perubahan apa yang harus dihadapi NU dan pesantren bagaimana mengantisipasinya," kata Rumadi.
Baca juga: Ketua Umum PBNU perintahkan GP Ansor untuk pegang teguh kesetiaan
Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































