Lapas Banda Neira ajari narapidana membuat sirup pala bernilai ekonomi

1 month ago 14

Ambon (ANTARA) - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Banda Neira mengajari narapidana atau warga binaan pemasyarakatan (WBP) mengolah buah pala menjadi sirup bernilai ekonomi.

“Kami ingin membentuk pribadi-pribadi produktif yang siap kembali ke masyarakat dengan keterampilan nyata. Melalui UMKM berbasis rempah, Lapas Banda Neira turut mendorong warga binaan agar mandiri secara ekonomi setelah masa pidana berakhir,” kata Kepala Lapas Banda Neira Mikha dalam keterangan tertulis yang diterima di Ambon, Selasa.

Menurut dia, program pembinaan kemandirian itu merupakan bagian dari komitmen Lapas dalam mendukung pemberdayaan ekonomi kreatif berbasis potensi lokal.

Program tersebut juga sejalan dengan arah kebijakan pembinaan narapidana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan, yang menekankan pentingnya pembinaan kemandirian guna mendukung reintegrasi sosial yang berkelanjutan.

Dalam implementasinya, Mikha mengatakan warga binaan diajari mulai dari pemilihan buah pala hingga menjadi sirup yang dibuat dari daging buah pala yang matang dan segar. Buah dicuci bersih, dipotong kecil, lalu dihaluskan dan direbus dalam air selama sekitar 30 menit untuk mengekstrak sari dan aromanya.

Air rebusan kemudian disaring dan dimasak kembali bersama gula pasir, serta bisa ditambahkan cengkeh atau kayu manis sebagai penguat rasa. Sedikit air jeruk nipis ditambahkan agar warna sirup tetap jernih dan rasanya segar.

Warga binaan lapas Banda Neira mengolah pala menjadi sirup. (ANTARA/HO-Lapas Banda Neira)

Setelah mendidih dan mengental, sirup disaring kembali, didinginkan, lalu dikemas dalam botol bersih. Hasilnya adalah sirup manis beraroma rempah yang khas, cocok disajikan dingin sebagai minuman penyegar.

“Produk hasil olahan ini dikerjakan langsung oleh warga binaan di ruang kerja Subseksi Pembinaan, dengan bimbingan dari staf pembinaan Lapas,” kata Mikha.

Saat ini, ia mengatakan sirup pala di pasaran umumnya dijual dengan harga berkisar antara Rp25.000 hingga Rp35.000 per botol ukuran 250-300 mililiter (mL) untuk produk lokal hasil usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Produk dengan kualitas premium, kemasan eksklusif, atau menggunakan bahan organik bisa dibanderol lebih tinggi, mencapai Rp40.000 hingga Rp60.000 per botol.

Sedangkan di toko oleh-oleh khas atau pasar ekspor harganya bahkan dapat menembus Rp75.000 hingga Rp100.000, tergantung citra merek dan nilai tambah geografis.

Harga sirup pala dipengaruhi oleh kualitas bahan baku, penggunaan pemanis alami, jenis kemasan, serta izin edar seperti sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) atau label halal. Sirup pala dari daerah penghasil rempah seperti Banda Neira, kata Mikha, biasanya memiliki nilai jual lebih tinggi karena kekhasan aroma dan citra historis yang melekat.

Dengan pelatihan itu, diharapkan warga binaan dapat menjadikannya sebagai ide bisnis saat bebas nanti, ujar dia.

Selain sirup pala, menurut Mikha, warga binaan juga diajarkan untuk membuat sambal motraing khas Banda Neira berbahan dasar ikan laut.

Produk-produk olahan tersebut rencananya akan dipamerkan dalam gelaran Indonesia Prison Product and Arts Ferstival (IPPAFest) yang akan berlangsung pada 8 hingga 10 Agustus 2025

Pewarta: Ode Dedy Lion Abdul Azis
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |