Jakarta (ANTARA) - Kualitas udara di wilayah DKI Jakarta berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Kamis pagi masuk peringkat ketiga terburuk di dunia.
Berdasarkan pantauan pada pukul 06.08 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 152 dengan partikel halus atau particulate matter (PM) 2.5 yang masuk dalam kategori tidak sehat.
Sementara itu, peringkat teratas kota dengan kualitas udara terburuk di dunia adalah Kinshasa, Kongo dengan indeks kualitas udara 161. Kemudian diikuti Cairo, Mesir pada peringkat kedua dengan indeks kualitas udara 156.
Di sisi lain, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta akan meniru kota-kota besar di dunia, seperti Paris dan Bangkok dalam menangani polusi udara.
“Belajar dari kota lain, Bangkok memiliki 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU. Jakarta saat ini memiliki 111 SPKU dari sebelumnya hanya 5 unit. Ke depan kita akan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat,” kata Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto di Jakarta, Selasa (18/3).
Menurut dia, keterbukaan data menjadi langkah penting dalam memperbaiki kualitas udara secara sistematis.
Penyampaian data polusi udara harus lebih terbuka agar intervensi bisa lebih efektif. Dia pun menilai yang dibutuhkan bukan hanya intervensi sesaat, tetapi langkah-langkah berkelanjutan dan luar biasa dalam menangani pencemaran udara.
DLH DKI Jakarta menargetkan penambahan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah (low-cost sensors) agar pemantauan lebih luas dan akurat.
Baca juga: Kualitas udara DKI sedang, tapi kelompok sensitif perlu pakai masker
Baca juga: Kualitas udara Jakarta membaik dampak penegakan tegas uji emisi
Baca juga: DKI ajak warga pantau kualitas udara lewat JAKI
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.