Bandung (ANTARA) - Ilmuwan dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura Prof Lam Khin Yong membagikan skema riset dan industri yang dilakukan selama ini oleh NTU dan Singapura untuk mewujudkan negara yang maju.
Lam Khin Yong dalam paparan ilmiah pada kegiatan Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 di Sasana Budaya Ganesa, Bandung, Jumat memaparkan strategi yang dirangkum ke dalam kerangka PACE.
"P adalah Public Support (Dukungan Pemerintah). Fondasi riset yang ambisius dan berjangka panjang memerlukan dukungan kuat dan stabil dari pemerintah," kata Lam.
Prof Lam melanjutkan, A atau Attract Talent and Adapt to Changes (Menarik Talenta dan Adaptif terhadap Perubahan), bagaimana NTU menyesuaikan diri dengan aspirasi baru para periset.
Ia menjelaskan NTU kini menyediakan program inovatif yang memungkinkan dosen dan mahasiswa doktoral untuk mengambil cuti hingga dua tahun guna merintis startup berbasis riset mereka, tanpa kehilangan posisi di kampus.
"Kebijakan ini secara langsung mengurangi risiko dalam berwirausaha dan menjadikan NTU sebagai pusat eksperimen dan inovasi," ujarnya.
Baca juga: Hadiri KSTI 2025, Presiden Prabowo ajak peneliti dan industri bersatu
Kemudian C atau Collaboration with Industry (Kolaborasi dengan Industri). Menurutnya, di bidang seperti Artificial Intelligence (AI), perusahaan sering bergerak lebih cepat dari laboratorium akademik.
Selanjutnya, jelas Lam, E atau Engage Globally (keterlibatan global), di mana keterlibatan internasional menjadi kunci. NTU menjalin kemitraan dengan berbagai institusi top dunia, termasuk kerja sama strategis dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) di Surabaya.
Lam menyoroti potensi besar Indonesia berdasarkan sejumlah indikator inovasi global.
"Peringkat yang tinggi, populasi besar dan dinamis, serta kekayaan sumber daya alam adalah keunggulan utama Indonesia. Ini menciptakan kondisi ideal untuk meningkatkan daya saing," ucap Lam.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto menekankan pentingnya penguasaan sains dan teknologi untuk membawa Indonesia menjadi negara maju.
Mendiktisaintek menekankan penguasaan sains dan teknologi menjadi tanggung jawab Bangsa Indonesia sebagai langkah mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul di Indonesia.
"Untuk pertumbuhan dan pemerataan ekonomi dan ekonomi ekstraktif, kita harus berubah menjadi lebih mengelola industrialisasi dan kuncinya adalah penguasaan sains dan teknologi," tutur Brian Yuliarto.
Baca juga: Pemerintah pacu perkembangan sains di Indonesia melalui KSTI 2025
Baca juga: Sambutan di ITB tertutup, Prabowo tak mau soal sains dipolitisasi
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.