Komunitas Pasar Kumadhang gelar "ruwatan" di kaki Gunung Merapi

3 hours ago 3

Sleman (ANTARA) - Komunitas Seniman dan Budayawan Pasar Kumandhang menggelar kegiatan bertajuk "Ruwatan di Kaki Merapi 2025" pada Minggu 9 Februari 2025 di Pasar Kumandhang Lojajar, Kapanewon (Kecamatan) Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Kegiatan yang digelar di kaki Gunung Merapi ini dirancang untuk menandai pembukaan resmi Pasar Kumandhang sekaligus merevitalisasi peran pasar tradisional sebagai ruang transaksi, interaksi dan pelestarian budaya Jawa," kata Manajer Program Pasar Pasar Kumandhang Tomon Haryowirosobo di Sleman, Jumat.

Menurut dia, inisiatif ini lahir dari keprihatinan terhadap memudarnya vitalitas pasar tradisional. Pasar tradisional saat ini terasa kurang greget dan kehilangan ruhnya sebagai ruang hidup masyarakat.

"Melalui Pasar Kumandhang, kami ingin mengembalikan spirit tersebut dengan pendekatan budaya," katanya.

Ia mengatakan, Pasar Kumandhang, dengan tagline "Pasar Senine Wong Sleman" diinisiasi bersama akademisi Komunitas Seni Kehutanan (KSK) UGM, seniman dan pegiat sastra. Konsep ini tidak hanya fokus pada transaksi ekonomi, tetapi juga menjadi wadah penguatan nilai-nilai kebudayaan Jawa, seperti gotong royong dan kearifan lokal.

"Prosesi budaya dan aksi lingkungan dalam kegiatan ini akan dimulai pada Minggu 9 Februari pukul 13.00 WIB dengan prosesi ruwatan yang dipimpin oleh dalang ternama, Ki Suwanda. Sebanyak 25 peserta dari berbagai daerah seperti Bekasi, Magelang, Kalimantan, DIY dan Jawa Tengah akan mengikuti ritual tradisional ini," katanya.

Ruwatan, kata dia, sebagai simbol pembersihan diri dari energi negatif, menjadi ikhtiar kultural untuk menyemai harmoni antara manusia, alam dan budaya. Usai prosesi, peserta akan melakukan aksi penanaman pohon di area Pasar Kumandhang sebagai bentuk komitmen pelestarian lingkungan," katanya.

Baca juga: Yusril Ihza gelar ruwatan di Loji Gandrung Solo

Acara juga dimeriahkan oleh pertunjukan "Gejog Lesung Kidung Giri Budaya" dari Ngemplak, Sleman, yang akan menyuguhkan kesenian tradisional khas Jawa.

Ia menyebutkan bahwa biaya kegiatan ini seluruhnya merupakan partisipasi, gotong royong dan bukan komersialisasi. Meski peserta dikenai biaya Rp300.000 per orang dan pendamping Rp100.000 per orang, hal ini murni untuk mendukung operasional acara.

"Dana digunakan untuk sewa tenda, konsumsi, atribut, dan honor dalang. Ini adalah bentuk gotong royong, bukan kegiatan komersial," katanya.

Ia mengatakan, Pasar Kumandhang dirancang sebagai respons atas tergerusnya interaksi manusia di pasar modern.

"Kami membangun pasar yang ‘kurang kumandhang’ menjadi ruang hidup yang sarat nilai budaya. Ini adalah upaya konkret menjaga warisan leluhur sekaligus merawat ekosistem pasar tradisional," katanya.

Baca juga: Museum Nasional Indonesia gelar “ruwatan” pasca terbakar

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |