Kolaborasi transfer teknologi AI upaya permudah deteksi dini kanker

6 hours ago 4

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah berkolaborasi dengan Perthera dan Pathgen Diagnostik Teknologi guna transfer teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam rangka mempermudah diagnosis awal, pemilihan terapi, dan pengobatan yang tepat bagi para penyintas kanker.

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, jumlah kasus kanker di Indonesia terus meningkat dan diprediksi melonjak hingga lebih dari 70 persen pada 2050, jika langkah pencegahan dan deteksi dini tidak diperkuat.

"Kanker ini naik terus jumlah kasus meninggalnya tiap tahun. Sekarang ketemu dulu kan nggak ketemu, karena sekarang diagnostiknya makin bagus. Namun yang penting bagaimana masyarakat diedukasi penyakit ini (kanker) harus dideteksi dini lebih awal karena teknologi yang berkembang sekarang seperti ini," kata Budi.

Dia menuturkan, saat ini, sekitar 400 ribu kasus baru kanker terdeteksi setiap tahunnya, dengan angka kematian mencapai 240 ribu kasus. Tanpa intervensi yang efektif, katanya, beban kanker akan semakin besar, baik dari segi kesehatan masyarakat maupun ekonomi.

Dalam keterangan yang sama, CEO Pathgen Diagnostik Teknologi Dr Susanti mengatakan bahwa teknologi berbasis AI dapat meningkatkan ketahanan hidup sebesar dua setengah kali dari para pasien kanker, selain itu dapat mengurangi biaya pengobatan karena obat yang dipilih lebih tepat serta membantu dokter berikan rekomendasi obat yang tepat.

"Ini bisa mengurangi biaya 30 persen. Harapannya nanti bisa diimplementasikan secara luas oleh PathGen di Indonesia bersama rekan rekan medis dan klinis bisa secara overall mengurangi pembiayaan nasional dengan adanya deteksi dini akurat dan penggunaan obat yang tepat," kata Susanti.

Pihaknya berkomitmen untuk memastikan tidak ada lagi pasien kanker di Indonesia yang berjuang tanpa harapan atau akses ke pengobatan terbaik.

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Lucia Rizka Andalusia menjelaskan, nantinya AI dalam bekerja melakukan pengumpulan data-data mulai dari ekspertis atau ahli untuk kemudian disimpulkan apa penyakitnya dan apa terapi dan obat yang tepat.

"Jadi AI ini hanya membantu mempercepat hasil diagnosis saja tidak menggantikan kerja diagnosisnya. Kan ada banyak tahapan. Kalau dalam kanker misal 1 sampai 11, nah dari situ apa keputusan terapinya bisa diambil lebih cepat," ujar Rizka.

Rizka juga menegaskan bahwa pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan untuk pasien kanker ini juga akan menyasar peserta BPJS Kesehatan. Karena nantinya ini akan dilakukan juga di seluruh daerah di Indonesia.

Baca juga: PathGen menerima pendanaan untuk pengembangan alat deteksi kanker

Baca juga: Pakar sebut deteksi dini jadi kunci kesembuhan kanker payudara

Baca juga: Tiga metode skrining yang bisa deteksi dini kanker usus besar

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |