KLH perketat pengawasan pengelolaan sampah di pasar tradisional

9 hours ago 1

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) akan memperketat pengawasan terhadap kawasan pasar tradisional untuk memastikan pengelolaan sampah berjalan dengan baik.

"Kita harus memperketat pengelolaan sampah dari hulu, termasuk kawasan pasar tradisional," kata Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq dalam pernyataan diterima di Jakarta pada Kamis.

Dia menyampaikan komitmen KLH/BPLH untuk melakukan evaluasi lanjutan dan verifikasi sistematis terhadap sistem pengelolaan sampah di Pasar Teluk Gong. Tujuannya adalah menciptakan model tata kelola limbah pasar tradisional yang optimal dan dapat direplikasi di lokasi lain.

Hal itu disampaikan usai Menteri Hanif melakukan tinjauan ke Pasar Jaya Teluk Gong di Jakarta Utara pada Rabu kemarin (2/7), dan dia mengapresiasi upaya yang telah dilakukan para pengelola pasar, komunitas pedagang, dan mitra lingkungan.

Baca juga: KLH replikasi kelola sampah berbasis warga ke kota-kota besar

Baca juga: Menteri LH: Pengelola pasar wajib selesaikan sampah di kawasan sendiri

Timbulan sampah di Pasar Jaya Teluk Gong sendiri setiap hari mencapai 4 meter persegi terdiri atas 35 persen sampah organik, 63 persen anorganik, dan 2 persen sampah B3 seperti kemasan kimia dan baterai.

Dengan dukungan pemerintah kecamatan dan mitra pengelola sampah, pasar itu telah menerapkan sistem pemilahan sampah dari sumber dengan membagi alur penanganan menjadi dua jenis, yaitu organik dan anorganik.

Sampah organik dikelola dengan komposting, yang menghasilkan sekitar 600 kg kompos dari 1.100 kg sampah per bulan. Kedua, fermentasi limbah basah menjadi pupuk organik cair (POC) sebanyak 45 liter per 1.000 kg sampah per bulan dan terakhir budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) yang mampu mengurai hingga 25 kg sampah organik dalam 20 hari.

Untuk sampah anorganik, pengelolaan dilakukan secara kolaboratif. Sampah plastik dikumpulkan per pekan oleh kecamatan dengan volume 210 kg per bulan. Sementara itu, bulu ayam dan tempurung kelapa dikumpulkan harian oleh mitra pihak ketiga, masing-masing mencapai 1.240 kg dan 1.550 kg per bulan.

Sampah bernilai ekonomis seperti kardus, botol plastik, dan kaleng juga dikumpulkan dan dijual, dengan total volume sekitar 595 kg per bulan.

Berbagai inisiatif ini telah berhasil menurunkan timbulan sampah secara signifikan. Pasar Teluk Gong kini hanya membutuhkan pengangkutan oleh Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara setiap tiga hingga empat hari sekali setara 49–56 m persen per bulan.

Namun, ia menegaskan bahwa pengelolaan sampah masih perlu ditingkatkan agar menyentuh seluruh aspek secara menyeluruh dan berkelanjutan, baik sampah organik maupun anorganik

"Berdasarkan hasil tinjauan kami, proses pengolahan sampah sudah berjalan cukup baik. Namun, perlu ditingkatkan agar lebih menyeluruh dalam mencakup seluruh jenis sampah," demikian Hanif Faisol Nurofiq.*

Baca juga: Menteri LH minta RDF Rorotan beroperasi tangani 2.500 ton sampah DKI

Baca juga: Menteri LH minta Pemprov Jakarta lebih serius tangani & kurangi sampah

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |