Kisah rumah belajar yang memerdekakan anak di Gang Dahu

1 month ago 14

Jakarta (ANTARA) - Awan yang menggantung belum lama bergeser ketika cahaya matahari pada akhirnya menyentuh dinding-dinding rumah yang rapat di Gang Dahu, Legoso, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten.

Hujan di luar musim dalam beberapa waktu terakhir semakin terasa terbiasa. Membawa aroma tanah basah yang melanglang ke udara, bercampur wangi gorengan yang menguar dari dapur tetangga.

Di lorong sempit yang hanya cukup untuk dua orang berpapasan, langkah-langkah kecil berlarian, disertai suara tawa yang memantul di dinding rumah-rumah kayu dan tembok kusam. Sesekali terdengar hentakan kaki kecil menyipratkan sedikit air sisa hujan yang gamang.

Sebagian anak masih menggenggam pensil dari sekolah pagi tadi, sebagian lain menenteng buku bergambar yang lusuh di tepinya.

Mereka menuju sebuah pintu sederhana yang terbuka lebar, seolah menunggu untuk menyambut siapa saja yang datang.

Di balik pintu itu, berdiri Rumah Belajar Abhipraya. Itu bukan sekolah formal, melainkan ruang hidup yang menampung harapan, mimpi, dan keberanian anak-anak yang sebelumnya tak punya tempat tambahan untuk belajar.

Halaman kecil di depannya sering berubah fungsi menjadi kelas terbuka. Bau tanah bercampur harum kertas, suara burung kadang terdengar bersahut dengan riuh celoteh anak-anak yang tak segan bertanya.

Tidak ada papan nilai di sini, hanya papan tulis penuh coretan ide, sketsa, dan warna yang menceritakan banyak kisah.

Dari ruang ini, sebuah cerita berangkat jauh melampaui batas gang sempitnya, hingga menembus panggung dunia.

Belum lama, Rumah Belajar Abhipraya didaulat menjadi nominee, tepatnya sebagai salah satu finalis Grassroots Innovation Powered by Purpose, ajang internasional yang menyoroti inisiatif akar rumput dengan solusi nyata bagi komunitas.

Bagi para relawan, pencapaian ini bukan sekadar kebanggaan, melainkan pengakuan bahwa sesuatu yang dimulai dari kebutuhan sederhana bisa menjadi inspirasi global.

Abida Azzahra, salah satu relawan yang juga mahasiswa pendidikan, mengisahkan bagaimana pendekatan mereka yang sederhana namun menyentuh inti kebutuhan anak-anak membuat program ini diperhitungkan.

Tidak ada kemegahan fasilitas, tetapi ada kehangatan, relevansi, dan rasa percaya yang tumbuh di setiap pertemuan. Di sini, belajar berarti membuka jendela dunia lewat cara yang akrab dan menyenangkan.

Baca juga: Kementrans bangun Sekolah Rakyat di area transmigrasi Papua-Sumba

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |