Kisah haru anak SMR di Kupang usai dua bulan berpisah dengan orang tua

1 week ago 4
Lewat program pendidikan gratis, salah satunya dengan Sekolah Rakyat, ini maka tidak ada alasan bagi semua anak muda di negeri ini untuk tidak semangat dalam menempuh pendidikan demi masa depan yang lebih baik

Kupang (ANTARA) - Tangis haru dan pelukan penuh kehangatan mewarnai suasana Sekolah Menengah Rakyat (SMR) 19 Naibonat, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada Kamis (4/9) pekan lalu.

Dua siswa sekolah itu, Sifra Tafrain dan Rorista Ayel Babis, akhirnya bisa bertemu kembali dengan orang tua mereka setelah hampir dua bulan berpisah.

Pertemuan yang tak diduga-duga itu terjadi berkat kepedulian Kepolisian Daerah atau Papolda Nusa Tenggara Timur yang dipimpin oleh Irjen Pol Dr. Rudi Darmoko.

Dalam kunjungan sosial ke sekolah tersebut, pemimpin Polda memberikan kejutan istimewa dengan menghadirkan orang tua kedua siswa di tengah kegiatan.

Suasana pun berubah menjadi momen penuh emosi yang tidak hanya dirasakan keluarga, tetapi juga guru, para siswa di sekolah itu, dan jajaran kepolisian yang hadir.

“Berapa lama kalian tidak bertemu? Coba lihat kembali ke belakang, siapa yang datang,” ujar Rudi Darmoko, sambil tersenyum hangat, sebelum dua sosok orang tua siswa masuk ke ruangan.

Seketika Sifra dan Rorista menoleh, lalu berlari memeluk orang tua mereka dengan linangan air mata. Di hadapan seluruh hadirin, orang tua kedua siswa dipersilakan untuk memeluk dan berbincang sejenak.

Ssemua terlihat bahagia menyaksikan kedua siswa itu bahagia berjumpa dengan orang tuanya. Diharapkan, pertemuan itu menjadi motivasi bagi mereka untuk terus belajar dan meraih cita-cita.

Momen itu menjadi simbol penting betapa kasih sayang keluarga tetap menjadi kekuatan utama dalam perjalanan hidup seorang anak. Tangis bahagia tidak hanya keluar dari mata Sifra dan Rorista, tetapi juga dari para guru dan siswa lain yang menyaksikan.


Dengan nada bergetar, Sifra mengaku senang bisa sekolah di lembaga yang digagas oleh pemerintah untuk memberi kesempatan kepada anak-anak dari keluarga tidak mampu dapat mengenyam pendidikan secara gratis. Sifra mengaku di sekolah itu bisa merasakan makanan yang enak, memiliki banyak teman baru yang baik, juga orang tua asuh yang peduli. Tidak lupa, ia menyampaikan ucapan terima kasih atas perhatian dan kehadiran negara untuk rakyatnya, lewat sekolah tersebut.

Kehidupan Sifra Tafrain sarat dengan cerita perjuangan. Ia berasal dari keluarga sederhana. Kedua orang tuanya, Maskri Tafrain dan Tapui Aksamina Lobang, adalah penyandang tunanetra.

Meski keterbatasan fisik membuat mereka sulit bekerja, pasangan ini berusaha bertahan hidup dengan menjadi tukang pijat. Penghasilan mereka hanya sekitar Rp1 juta per bulan.

Dengan jumlah itu, mereka harus menghidupi lima anggota keluarga, sekaligus membiayai pendidikan anak-anak. Bagi keluarga seperti ini, setiap rupiah begitu berarti.

Meskipun demikian, semangat mereka untuk memberikan pendidikan terbaik pada anak-anaknya tidak pernah padam. Dengan mata berkaca-kaca, Tapui mengaku harapannya agar Sifra dapat mengenyam pendidikan lebih tinggi mulai menemukan jalan. Ia yakin bahwa lewat pendidikan, seorang anak bisa keluar dari hidup miskin.

Tidak kalah mengharukan, kisah Rorista Ayel Babis juga menggambarkan betapa pendidikan membutuhkan pengorbanan besar.

Orang tuanya, Yefri Babis dan Santi Lole, hidup dari hasil bertani di desa. Penghasilan mereka, kalau dirata-rata hanya sekitar Rp200 ribu per bulan, jauh dari cukup untuk menghidupi lima orang dalam keluarga.

Keterbatasan ekonomi itu tidak mematahkan semangat Rorista. Justru, kondisi itu menjadikannya motivasi untuk belajar giat agar kelak bisa membahagiakan orang tua.

Karena itu, ia bertekad menempuh pendidikan tinggi supaya bisa membantu orang tuanya. Ia menilai, orang tuanya bekerja keras untuk dirinya, maka dia harus membalas dengan belajar yang giat.

Kehadiran rombongan Polda NTT dan kehadiran kedua orang tua mereka menjadi kenyataan yang tidak disangka-sangka oleh kedua siswa itu.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |