Kiat agar anak muda Jakarta tak berbelanja impulsif kala stres

2 months ago 19

Jakarta (ANTARA) - Pakar manajemen memberikan kiat bagi generasi muda termasuk di Jakarta agar tak berbelanja impulsif untuk merespon stres, cemas atau takut pada persoalan yang tidak pasti di masa depan (doom spending), salah satunya dengan merencanakan keuangan.

"Perilaku (doom spending) ini sebenarnya tidak mendatangkan bahagia, justru berdampak buruk pada stabilitas keuangan jangka panjang," kata Faculty Head Sequis Quality Builder, Sequis Training Academy of Excellence (STAE), Fandi Murdani di Jakarta, Rabu.

Dia menyarankan agar ketidakpastian finansial direspon dengan bijaksana, seperti giat menabung dan berhemat, termasuk tidak membuka aplikasi belanja atau mencari pendapatan tambahan.

“Tidak semua permasalahan dapat diatasi dalam waktu singkat. Namun, banyak pilihan untuk mengatur emosi," katanya.

Ketika merasa stres, daripada membuka aplikasi belanja online, coba lakukan aktivitas lain. "Seperti meditasi, menjalankan hobi, minum teh sore bersama pasangan atau orang tua, atau berolahraga," katanya.

Individu masih dapat memanjakan diri dengan berlibur, berbelanja, menjalankan hobi tanpa merusak kestabilan keuangan sebab sedari awal mendapatkan gaji sudah mengaturnya sedemikian rupa.

Sebaiknya, rencanakan keuangan dengan skala prioritas dengan menerapkan rumus 40-30-20-10. Dari anggaran yang dimiliki, sisihkan 40 persen untuk keperluan sehari-hari, 30 persen untuk kebutuhan utang, 20 persen untuk investasi dan tabungan serta 10 persen untuk keperluan sosial.

Selanjutnya, dalam perencanaan keuangan sangat penting mengalokasikan dana darurat dan investasi. Individu dapat memulai dengan alokasi gaji untuk pos ini sebesar 10 persen kemudian tingkatkan menjadi 20 persen.

"Nilai ini bisa terus ditingkatkan seiring meningkatnya pengalaman menjalankan perencanaan keuangan dan bertambahnya penghasilan," ujar Fandi.

Baca juga: Psikolog: Cegah stres usai liburan dengan kelola ekspektasi

Lalu, daripada menghabiskan uang untuk "doom spending", dia menyarankan generasi muda belajar berinvestasi di jalur formal yang berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Investasi bermanfaat untuk memperkuat kemandirian finansial, menjaga nilai aset dari inflasi, dan membantu tersedianya dana untuk keperluan masa depan. Bisa mulai berinvestasi di deposito dan reksa dana," ujar dia.

Dia kemudian membahas tentang pentingnya memiliki asuransi. Fandi menyarankan generasi muda tidak skeptis pada asuransi.

"Selama kondisi kesehatan masih prima, usia masih produktif dan menjawab pertanyaan saat mengisi Surat Permintaan Asuransi (SPA) dengan benar maka asuransi menjadi strategi finansial untuk mempersiapkan dan mengurangi dampak ancaman kelangsungan hidup," katanya.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |