Khamenei merasa tak yakin negosiasi nuklir Iran-AS akan bawa hasil

5 hours ago 3

Teheran (ANTARA) - Pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei, pada Selasa mengaku tidak yakin negosiasi nuklir dengan Amerika Serikat akan membuahkan hasil.

"Negosiasi tidak langsung (dengan AS) dilakukan pada era (mantan Presiden Iran Ebrahim Raisi), seperti sekarang, tetapi tanpa hasil. Saya rasa, negosiasi itu juga tidak akan membuahkan hasil sekarang," kata dia, seperti dikutip oleh kantor berita Mehr.

Tuntutan AS agar Iran menghentikan pengayaan uranium adalah "kesalahan besar," kata Khamenei, seperti dikutip oleh kantor berita ISNA.

Pemerintah Iran menjalankan kebijakannya sendiri dan tidak perlu diberi tahu apa yang harus dilakukan, kata pemimpin tertinggi Negeri Para Mullah itu.

Pada Senin (19/5), Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Iran Majid Takht-Ravanchi memperingatkan bahwa kesepakatan tidak akan tercapai jika AS terus bersikeras untuk menghentikan secara total pengayaan uranium Iran.

Kedua negara telah menjalani empat putaran perundingan nuklir yang dimediasi Oman sejak pertengahan April setelah Presiden AS Donald Trump mengirim surat kepada Khamenei pada awal Maret.

Surat Trump itu menawarkan kesepakatan baru dan dia mengancam akan melakukan aksi militer jika upaya diplomatik gagal.

Iran kemudian menolak perundingan langsung tetapi setuju untuk melakukan dialog tidak langsung.

Wamenlu Iran lainnya, Kazem Gharibabadi, mengatakan pada Selasa bahwa pemerintahnya telah menerima proposal untuk putaran perundingan tidak langsung berikutnya dengan AS dan sedang mempertimbangkannya.

Seorang jurnalis Wall Street Journal melaporkan, tanpa menyebutkan sumbernya, bahwa perundingan tersebut mungkin akan berlangsung di Roma akhir pekan ini.

Iran menandatangani perjanjian nuklir dengan China, Prancis, Rusia, Inggris, AS, dan Jerman, serta Uni Eropa, pada 2015. Kesepakatan itu mengharuskan Iran untuk mengurangi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi.

Namun, AS menarik diri dari kesepakatan itu pada 2018 pada masa jabatan Trump yang pertama dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran, yang merusak perjanjian itu.

Menanggapi langkah AS tersebut, Iran mengumumkan akan mengurangi komitmen pada perjanjian itu dengan mengabaikan pembatasan penelitian nuklir dan tingkat pengayaan uranium.

Sumber: Sputnik-OANA

Baca juga: Trump: Iran tak butuh nuklir, mereka punya minyak
Baca juga: Cegah krisis nuklir, Iran dan Eropa gelar pertemuan di Turki

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |