Kemlu catat lima kontribusi Indonesia di Sidang Umum UNESCO

1 hour ago 1

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI mencatat lima capaian Indonesia di Sidang Umum ke-43 UNESCO sebagai kontribusi di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, komunikasi, dan budaya.

Lima capaian itu adalah penggunaan Bahasa Indonesia, kursi di komite Management of Social Transformations (MOST), pengakuan perayaan Syekh Yusuf, pengakuan perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, serta keanggotaan Dewan Eksekutif IOC (the Intergovernmental Oceanographic Committee).

"Secara simbolik, lima capaian tersebut mencerminkan wajah kontribusi Indonesia di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, serta komunikasi dan budaya yang beririsan dengan mandat inti UNESCO," kata Kemlu dalam keterangan persnya pada Jumat (14/11).

Menurut Kemlu, keberhasilan itu juga menunjukkan bahwa diplomasi Indonesia tidak sekadar mengikuti agenda UNESCO, tetapi juga membentuk narasi, norma global, dan menghubungkan kepentingan.

Sidang umum yang digelar di Samarkand, Uzbekistan, pada 11 November itu menjadi panggung pertama Bahasa Indonesia dipakai sebagai salah satu bahasa resmi UNESCO.

Pantun pembuka dan penutup yang disampaikan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI Prof. Abdul Mu’ti dalam pernyataan nasional Indonesia juga disambut meriah peserta sidang, menurut Kemlu.

Indonesia terpilih sebagai salah satu anggota komite MOST UNESCO, yang berfokus pada penguatan peran ilmu-ilmu sosial dalam merumuskan kebijakan publik, menjembatani riset akademik dengan pengambil keputusan di tingkat pemerintah.

Duta Besar Luar RI untuk Prancis, Andorra, Monako Mohamad Oemar, yang juga Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, mengatakan bahwa keanggotaan di komite tersebut memperkuat posisi RI sebagai negara yang serius mengembangkan kebijakan berbasis pengetahuan ilmiah.

Di ranah sains kelautan, terpilihnya RI sebagai anggota Dewan Eksekutif Komite IOC UNESCO dinilai kian menegaskan peran penting Indonesia sebagai negara maritim dalam pengetahuan dan tata kelola kelautan.

Sidang umum itu juga mengukuhkan peringatan 400 tahun kelahiran Syekh Yusuf Al-Makassari pada 2027 sebagai salah satu perayaan yang dikaitkan dengan UNESCO.

Ulama dan sufi besar asal Sulawesi Selatan itu dikenal luas sebagai tokoh spiritual, pejuang antikolonial, dan jembatan peradaban Indonesia-Afrika Selatan.

Atas usulan Indonesia, UNESCO juga mengadopsi resolusi yang memperingati Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari besar di lingkungan UNESCO sehingga tak akan ada pertemuan resmi pada hari-hari tersebut.

Baca juga: Kemendikdasmen paparkan sejarah Bahasa Indonesia jadi bahasa UNESCO
Baca juga: Mendikdasmen paparkan kebijakan pendidikan di Sidang Umum UNESCO

Pewarta: Katriana
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |