Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata membuka ruang diskusi dengan para pemangku kepentingan pariwisata untuk menyerap berbagai gagasan sekaligus meningkatkan kesadaran kolektif, partisipasi, dan langkah konkret untuk membangun dan menata ekosistem pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan melalui Sustainable Tourism Development Forum (STDev Forum) 2025.
"Model pariwisata saat ini masih menghadapi berbagai tantangan yang perlu diatasi dengan memperkuat sistem tata kelola dengan kepemimpinan yang visioner. Bagaimana kebijakan, koordinasi, dan pengambilan keputusan dilakukan di antara para pemangku kepentingan dengan memperhatikan faktor alam, sosial, budaya, dan bisnis, sehingga tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan, namun juga masyarakat," kata Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenpar Frans Teguh saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.
Dalam forum seri pertama yang digelar secara daring pada Selasa (16/9), Frans menyampaikan pentingnya kesadaran para pihak akan perspektif ekosistem kepariwisataan dalam membangun sinergi, konvergensi, keterkaitan dan keterhubungan ekosistem dan sistem kepariwisataan secara utuh dan holistik.
Baca juga: Kemenpar-DPR lanjutkan bahas RUU Kepariwisataan ke paripurna
Tidak egosentris namun menata keselarasan tatakelola yang ekosentris dan berkelanjutan. Peran aktor dan kepemimpinan dalam tatakelola kepariwisataan menentukan pertumbuhan kepariwisataan yang berkualitas dan berkelanjutan di Indonesia.
Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kemenpar Fadjar Hutomo menambahkan transformasi pariwisata berkelanjutan dapat dicapai jika Indonesia memperkuat tata kelola dan kepemimpinan atau leadership salah satunya melalui penerapan manajemen krisis yang proaktif.
“Ketika bicara krisis kita tidak bisa hanya bicara tentang bagaimana mengatasi kejadiannya, memadam kebakarannya. Tetapi juga ketika kejadian itu selalu berulang, maka kita harus pelajari pola apa yang terjadi,” ujar Fadjar.
Maka dari itu tata kelola manajemen krisis yang efektif dibarengi dengan pendekatan kolaboratif perlu diperkuat untuk memastikan pembangunan pariwisata berkelanjutan. Ia menyampaikan manajemen krisis pariwisata bukan hanya tentang keindahan tetapi juga tentang keselamatan, keamanan, dan keselamatan.
Sehingga destinasi pariwisata juga harus mampu membangun persepsi ini bagi wisatawan sehingga menjadi preferensi atau pilihan bagi wisatawan untuk berkunjung ke destinasi tersebut.
Pada seri pertamanya, forum itu mengangkat topik soal "Tata Kelola dan Kepemimpinan Kepariwisataan melalui Regulasi, Manajemen Krisis, Teknologi Digitalisasi dalam Transformasi Ekosistem Kepariwisataan Berkelanjutan". Sedangkan pada seri kedua yang digelar pada 23 September 2025 akan bicara soal "Gerakan Penguatan Sustainable & Regeneratives Practices".
Sementara, seri ketiga akan digelar pada 30 September 2025 dengan topik "Sinergi Transformasi ESU Tourism Development Program dan Pariwisata Regeneratif".
Baca juga: Kemenpar sebut pariwisata petualangan jadi tren global
Baca juga: Wamenpar perkuat kerja sama pariwisata lewat kunjungan ke Afsel
Baca juga: Kemenpar dukung deklarasi Mpumalanga untuk majukan pariwisata global
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.