Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) memastikan Indonesia terus mengupayakan menjaga dan menambah populasi badak jawa (Rhinoceros sondaicus) yang terancam punah. termasuk keberadaan area suaka khusus.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut Satyawan Pudyatmoko di Jakarta, Jumat menyampaikan Indonesia menjadi satu-satunya negara yang berhasil menjaga populasi badak jawa di dunia, yang kini tersisa hanya di Taman Nasional Ujung Kulon setelah dinyatakan punah di wilayah lain di Asia.
"Kita harus selalu melakukan bagaimana populasi kecil itu bisa bertahan, syukur bisa berkembang biak. Contohnya badak jawa itu sekarang tinggal mungkin 80 sampai 100 ekor, hanya ada di Ujung Kulon," jelasnya.
Dia menjelaskan Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan perlindungan penuh terhadap satwa kritis terancam punah tersebut, terutama menghadapi ancaman perburuan yang menjadi salah satu isu utama faktor berkurangnya populasinya.
Baca juga: Kemenhut umumkan kelahiran dua Harimau Sumatera "Nunuk" dan "Ninik"
Tidak hanya itu, Kemenhut juga merencanakan adanya suaka atau penangkaran khusus untuk badak jawa untuk mendorong penambahan jumlah populasiinya. Seperti yang sudah dilakukan dengan badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) di Suaka Rhino Sumatera di Taman Nasional Way Kambas.
Di lokasi tersebut sudah berhasil dilahirkan hasil pengembangbiakan semi liar, termasuk Andalas yang lahir pada 2001 menandai kelahiran pertama badak sumatera di dalam penangkaran dalam kurun waktu 112 tahun. Dengan kelahiran terbaru diumumkan pada 2023 di lokasi tersebut.
"Yang kedua nanti tentu ada upaya-upaya yang kita lakukan seperti yang kita lalukan di Way Kambas dengan membuat sanctuary untuk mempelajari ekologi dan pengembangbiakan badak jawa. Sehingga nanti populasinya bisa terjaga, walaupun kritis, jumlahnya sedikit, tapi tidak menuju kepunahan," katanya.
Kemenhut tengah memproses translokasi individu terpilih badak jawa ke area penangkaran khusus Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA).
Baca juga: Bayi badak sumatera lahir di Taman Nasional Way Kambas
Baca juga: KLHK intensifkan upaya tingkatkan kelahiran satwa prioritas TN Leuser
Translokasi direncanakan dari habitat alaminya di Semenanjung Ujung Kulon menuju JRSCA di Desa Ujungjaya, Kabupaten Pandeglang. Keduanya masih berada dalam wilayah Taman Nasional Ujung Kulon dan berjarak sekitar 14 kilometer.
Tanslokasi dilakukan untuk mendukung program pengembangbiakan guna membantu meningkatkan keanekaragaman genetik populasi badak.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.