Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perhubungan memperkuat kebijakan untuk mempercepat penggunaan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel/SAF) guna menerapkan dekarbonisasi industri aviasi nasional.
Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Sokhib Al Rokhman dalam keterangan diterima di Jakarta, Senin, mengatakan langkah percepatan kebijakan penggunaan SAF dilakukan melalui penguatan peta jalan, mekanisme pemantauan dan pelaporan emisi, serta penerapan skema Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) yang sesuai standar Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO).
“Roadmap SAF, mekanisme MRV oleh operator, serta regulasi penerapan skema CORSIA telah disiapkan. Dengan sertifikasi sesuai ketentuan Ditjen Migas dan ICAO CORSIA, serta insentif yang proporsional, adopsi SAF di dalam negeri dapat dipercepat,” kata Sokhib.
Sokhib mengatakan Kemenhub berkomitmen memastikan seluruh kebijakan dekarbonisasi sektor penerbangan nasional berjalan sejalan dengan target penurunan emisi nasional dan standar global. Penggunaan SAF, kata dia, menjadi langkah strategis untuk menekan emisi karbon tanpa mengganggu operasional penerbangan yang sudah ada.
Hal itu disampaikan Sokhib dalam diskusi pada Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) Forum 2025 dengan tema “Sustainability: Indonesia’s Emission Reduction Ambition and the Benefits of SAF” yang menghadirkan pembicara lintas sektor dari maskapai, industri pesawat, lembaga sertifikasi dan pemerintah.
Dari sisi industri penerbangan, Country Manager Indonesia Cathay Pacific Airways Tony Sham menyebut potensi besar Indonesia sebagai pemasok SAF berbasis minyak jelantah di kawasan Asia, jika tantangan harga dan ketersediaan bahan baku dapat diatasi.
“Cathay Pacific menargetkan 10 persen pemakaian SAF pada 2030. Kolaborasi lintas pelaku menjadi kunci untuk mempercepat transisi ini,” ujarnya.
Sementara itu, Senior Managing Director Boeing Malcom An menilai kawasan Asia Tenggara memiliki sumber daya memadai untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar berkelanjutan secara mandiri.
“Minat untuk mengubah minyak jelantah dan limbah pertanian menjadi SAF terus meningkat. Kawasan ini bahkan berpotensi memproduksi lebih untuk diekspor,” katanya.
Dari sisi standar mutu, CEO Qualitas Sertifikasi Indonesia Ryanza Prasetya menjelaskan pentingnya penerapan International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) CORSIA guna memastikan integritas rantai pasok SAF.
Sertifikasi tersebut, ujarnya, menjamin asal bahan baku, perhitungan emisi, dan ketelusuran produksi sesuai standar global.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra mengatakan, melalui penyelenggaraan forum ini, Pertamina memperkuat peran sebagai penggerak utama pengembangan energi bersih untuk industri penerbangan.
Pertamina Group diketahui telah memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan baku SAF melalui ekosistem terintegrasi mulai dari pengumpulan, pengolahan, hingga distribusi.
Langkah tersebut diharapkan dapat menekan emisi karbon sekaligus menciptakan nilai ekonomi sirkular bagi masyarakat.
Baca juga: Pertamina perkuat kolaborasi industri aviasi dalam penggunaan SAF
Baca juga: Pertamina SAF Forum 2025 dorong kolaborasi menuju rendah emisi
Baca juga: Pertamina pacu transisi energi transportasi dari biofuel hingga SAF
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































