Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN menyebut pentingnya jaminan ekonomi untuk mengatasi fenomena semakin meningkatnya pasangan yang memutuskan tidak memiliki anak atau childfree.
Deputi Bidang Pengendalian Kependudukan Kemendukbangga/BKKBN Bonivasius Prasetya Ichtiarto menyampaikan, meski persentase childfree di Indonesia masih kecil, sekitar 0,01 persen, tetapi pemerintah dan masyarakat tetap harus memperhatikan hal tersebut, karena jika persentase penduduk yang tidak memiliki anak semakin meningkat, juga akan mengancam pertumbuhan penduduk.
"Jangan sampai itu membesar, karena akhirnya juga akan mengancam kita juga. Penyebabnya harus kita lihat, kalau dari segi kesehatan, maka kita akan meningkatkan kebijakan bagaimana meningkatkan kesehatan reproduksi. Kalau permasalahannya adalah ekonomi, maka bagaimana meningkatkan jaminan ekonomi sehingga mereka juga ingin punya anak," katanya di Jakarta, Kamis.
Ia menegaskan, pemerintah juga harus terus menekan persentase childfree tersebut, karena apabila terus dibiarkan, maka fenomena tersebut akan semakin berkembang luas.
Baca juga: Ini dampak yang harus diketahui jika pasangan memutuskan childfree
Pemerintah kini juga tengah berupaya mencari berbagai penyebab childfree yang semakin meluas. Salah satu penemuan dari Kemendukbangga/BKKBN, selain permasalahan ekonomi dan kesehatan, trauma psikologis juga menjadi salah satu penyebab seseorang memutuskan childfree.
"Jadi ada masalah di perempuannya, ada juga penyebabnya, mohon maaf, trauma, karena trauma keluarganya. Ada yang saya kenal dekat itu karena trauma, ini terjadi juga karena dia mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), sehingga dia (perempuan) enggak mau memiliki anak lagi," ucapnya.
Bonivasius memaparkan, ada berbagai program pemerintah untuk mengatasi fenomena childfree tersebut, salah satunya melalui Peta Jalan Pembangunan Kependudukan yang di dalamnya ada indikator indeks perlindungan anak, dan meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan.
Kemendukbangga/BKKBN misalnya, memiliki salah satu program terbaik hasil cepat atau quick wins yakni Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), untuk meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan dengan pengadaan tempat penitipan anak di tempat kerja yang bisa diakses seluruh pegawai secara gratis dan aman.
Baca juga: Fenomena childfree, pengertian dan alasan yang mendasari
Baca juga: Mendukbangga: Penyediaan daycare bermutu satu solusi atasi childfree
Menurutnya, fenomena childfree ini sebenarnya juga perlu dilihat dari berbagai sudut pandang. Ia mengisahkan tentang pengalamannya terjun ke kampus dan mengajukan pertanyaan kepada beberapa mahasiswa, di mana ia akhirnya menemukan jawaban bahwa sebenarnya kebanyakan perempuan bukan tidak ingin memiliki anak, melainkan hanya menunda memiliki anak hingga merasa siap secara fisik, ekonomi, hingga psikologis.
Baca juga: Menimbang baik buruk "childfree"
"Namun sebetulnya, fenomena childfree ini masih kecil, dan kebanyakan terpengaruh oleh media sosial, jadi kayak tren, tetapi ketika saya turun ke kampus-kampus, saya iseng, saya tanya apakah mereka mau menikah, dan kebanyakan menjawab mau, lalu ketika saya tanya ada yang ingin tidak punya anak, ada yang angkat tangan, lalu saya dalami lagi alasannya, karena belum siap. Itu artinya, bukan tidak mau punya anak, melainkan hanya menunda kehamilan," tuturnya.
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.