Kemendukbangga: Program SSK strategi atasi isu fatherless dan kekerasan

2 hours ago 1

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) mengatakan pelaksanaan program Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) menjadi salah satu strategi dalam mengatasi isu fatherless hingga kekerasan yang menimpa para murid pada usia remaja.

Direktur Pengelolaan Kerja Sama Pendidikan Kependudukan Kemendukbangga I Made Yudhistira Dwipayama mengatakan 20,9 persen anak-anak di Indonesia kehilangan kehadiran ayah, baik akibat perceraian, kematian, atau ritme pekerjaan, sehingga berakibat pada munculnya beberapa masalah sosial dalam proses tumbuh kembang mereka.

“Isu fatherless ini menjadi salah satu tantangan yang dapat mengubah bonus demografi menjadi bencana demografi apabila tidak diintervensi dengan strategi yang benar karena berakibat pada munculnya masalah sosial lainnya,” kata Yudhistira Dwipayama dalam webinar bertajuk Orientasi SSK di Jakarta pada Selasa.

Beberapa akibat dari permasalahan fatherless ini, lanjutnya, ialah peningkatan gangguan emosi dan sosial, peningkatan risiko penyalahgunaan NAPZA, penurunan performa akademis, peningkatan risiko kenakalan remaja hingga perubahan identitas gender.

Selain isu fatherless, ia menambahkan peningkatan kasus kekerasan/bullying juga menjadi permasalahan yang harus mendapatkan atensi serta intervensi penyelesaian secara bersama-sama karena berpengaruh signifikan terhadap karakter dan kapasitas murid remaja di masa depan.

Ia menyebutkan pada tahun 2024 sebanyak 42 persen kasus kekerasan seksual terjadi di lingkungan sekolah, sementara sebanyak 31 persen kasus perundungan/bullying juga terjadi di lingkungan sekolah.

Baca juga: Kemendukbangga siapkan pembangunan keluarga sejak dini lewat SSK

Akibatnya, kata dia, anak yang menjadi korban kekerasan memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah, perasaan marah, sedih, tidak berdaya, frustasi, kesepian hingga merasa terisolasi dari lingkungan, mengalami depresi bahkan dapat memunculkan keinginan untuk bunuh diri.

Oleh karena itu, pihaknya menggagas program SSK yang mengintegrasikan kurikulum pendidikan saat ini dengan materi pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

"Tentu tidak mengubah melakukan transfer informasi yang pada akhirnya dapat mengubah tantangan tadi menjadi perilaku yang berwawasan kependudukan. Dan menurut Sekolah Siaga Kependudukan bisa menjadi salah satu strategi untuk mengintervensi penyelesaian tantangan tersebut,” katanya.

Adapun beberapa materi SSK tersebut meliputi konsep dasar kependudukan, teori kependudukan, komponen kependudukan, pembangunan berwawasan kependudukan, isu-isu kependudukan, program keluarga balita dan anak, program keluarga remaja dan remaja, program keluarga lansia dan rentan, program pemberdayaan ekonomi keluarga, manfaat dan tujuan keluarga berencana, maupun sasaran program keluarga berencana.

Di samping itu, materi mengenai SSK juga meliputi konsep dasar generasi berencana, perencanaan masa depan, konsep dasar kesehatan reproduksi, pencegahan perilaku berisiko pada remaja, hingga pencegahan stunting.

Pihaknya menegaskan materi mengenai SSK bukanlah mata pelajaran baru, sehingga tidak perlu menambah jam pelajaran.

Baca juga: Wamen Isyana: SSK edukasi siswa hindari pernikahan dini
Baca juga: Kota Kediri tunjuk 17 SMA terpilih jadi SSK demi Indonesia Emas

Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |