Kemendikdasmen wujudkan kelas interaktif lewat pemberian IFP

2 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) berupaya untuk mewujudkan kelas interaktif melalui digitalisasi pembelajaran dengan pemberian interactive flat panel (IFP) atau smartboard kepada satuan pendidikan, mulai dari jenjang SD hingga SMA/SMK.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kemendikdasmen Gogot Suharwoto mengatakan program tersebut hadir bukan semata karena tren teknologi, melainkan sebagai respons atas berbagai tantangan pendidikan, mulai dari rendahnya capaian literasi hingga learning loss akibat pandemi.

“Digitalisasi pembelajaran menjadi upaya percepatan agar anak-anak Indonesia bisa mengejar ketertinggalan sekaligus terbiasa dengan keterampilan abad 21,” kata Gogot dalam tayangan SINIAR: Digitalisasi Pembelajaran di Jakarta pada Senin.

Baca juga: Mendikdasmen pastikan pemberian smartboard tidak jadi program mangkrak

Lebih lanjut, ia menerangkan dasar hukum penguatan program itu tercantum dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2025 yang menekankan revitalisasi satuan pendidikan, pembangunan sekolah unggul, hingga implementasi digitalisasi pembelajaran.

Adapun salah satu bentuk implementasinya ialah dengan menargetkan setiap sekolah memperoleh perangkat Papan Interaktif Pintar (smartboard) atau IFP untuk menunjang proses belajar.

Papan interaktif itu, lanjutnya, mulai didistribusikan ke sejumlah wilayah, dengan tahap 1 ditujukan untuk sekolah-sekolah di wilayah Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Adapun untuk wilayah lainnya, ia menerangkan proses distribusi akan dilakukan pada tahap berikutnya.

Berbeda dengan televisi pintar yang hanya menyajikan informasi satu arah, Gogot menerangkan Papan Interaktif Pintar dirancang agar guru dan siswa dapat berkolaborasi langsung melalui layar sentuh.

Baca juga: Wamendikdasmen: Digitalisasi pembelajaran bantu perkaya proses belajar

Ia menyebutkan kontennya bisa berupa teks, video, audio, gamifikasi, bahkan augmented reality.

“Anak-anak dapat memutar model jantung, memperbesar, memperkecil, dan menjawab soal interaktif di layar. Semua ini membuat pembelajaran lebih mudah dipahami sekaligus menyenangkan,” kata Dirjen Gogot.

Ia menambahkan digitalisasi pembelajaran itu juga tidak hanya berupa perangkat, tetapi juga konten pembelajaran interaktif serta bimbingan teknis bagi guru agar mampu merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

“Ini satu paket. Tidak cukup hanya alat tanpa konten, atau konten tanpa pendampingan. Semuanya terintegrasi,” ujarnya.

Baca juga: Sejumlah guru Banyumas usul sekolah terima lebih dari satu smartboard

Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |