Kemenag siapkan fasilitator penerapan kurikulum berbasis cinta

1 month ago 13

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama menyiapkan para fasilitator untuk percepatan implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) di sekolah-sekolah keagamaan setelah sebelumnya merilis panduan kurikulum tersebut.

Puluhan fasilitator digembleng dalam Pra-Pelatihan Fasilitator (Training of Facilitator) di Peacesantren Welas Asih Garut Jawa Barat.

"Kegiatan ini fondasi pembekalan, penyamaan persepsi, dan perumusan strategi komunikasi yang efektif dalam menginternalisasi nilai-nilai cinta di dunia pendidikan, khususnya di madrasah," ujar Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) M. Ali Ramdhani di Jakarta, Senin.

Dhani mengatakan Pra-ToF ini sebagai langkah proaktif. Kegiatan ini merupakan sinergi antara Kementerian Agama dan Project INOVASI, Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK), dan Peacesantren Welas Asih.

Menurutnya, kegiatan Pra ToF ini tidak sekadar mengupas konsep cinta sebagai teori, namun merancang pendekatan pelatihan yang menyentuh dimensi psikologis, sosial, dan spiritual.

Sebab, Kurikulum Berbasis Cinta diharapkan mampu menciptakan budaya sekolah atau school culture yang dilandasi kebiasaan baik dan nilai-nilai kemanusiaan.

"Cinta semacam inilah yang ingin kita hadirkan dalam pendidikan. Cinta yang utuh, menyentuh, dan membentuk karakter," ujarnya.

Baca juga: Kurikulum berbasis cinta kebutuhan mendesak dalam sistem pendidikan

Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Pendidikan dan Keagamaan Kemenag Mastuki menegaskan desain pelatihan yang sedang disusun harus mendekati realitas kehidupan madrasah dan sekolah secara otentik.

"Ini bukan sekadar pelatihan biasa. Pesan dan amanah Menteri Agama Nasaruddin Umar sangat jelas pentingnya spirit cinta yang hidup, menyatu dalam keseharian di lembaga pendidikan, keluarga, dan masyarakat," kata dia.

Menurutnya, Pra-ToF ini perlu sinergi dan kolaborasi dengan tokoh, personal, dan lembaga yang otoritatif dan memiliki rekam jejak yang jelas tentang praktik pendidikan karakter dengan cinta.

Kegiatan tersebut juga menjadi ruang awal untuk membangun paradigma baru pendidikan yang lebih manusiawi dan membumi, berlandaskan pada nilai cinta yang menyembuhkan, membimbing, dan memanusiakan.

Baca juga: Kurikulum Berbasis Cinta bukan kurikulum pengganti tapi pengayaan

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |