Jakarta (ANTARA) - Kedutaan Besar China di Indonesia menegaskan bahwa tarif resiprokal yang diterapkan pemerintahan Presiden AS Donald Trump terhadap barang-barang dari banyak negara, termasuk China dan Indonesia, merusak sistem perdagangan multilateral.
“Secara serius melanggar hak dan kepentingan sah negara-negara tersebut, melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), merusak sistem perdagangan multilateral, serta mengguncang stabilitas tatanan ekonomi global,” kata Konselor Kantor Ekonomi dan Komersial Kedubes China Li Hongwei di Jakarta, Kamis.
Li menambahkan bahwa saat ini, pertumbuhan ekonomi global kekurangan momentum, globalisasi ekonomi mengalami kemunduran serius, perang tarif dan perdagangan terus membayangi, dan stabilitas rantai pasokan global berada dalam tekanan besar.
“Dalam konteks ini, negara-negara perlu lebih berkomitmen untuk menjaga sistem perdagangan multilateral, mempertahankan arah yang benar dari kemudahan perdagangan dan investasi, menghormati hukum pasar, mendalami kerja sama rantai industri dan rantai pasok, serta mendorong pembangunan ekonomi dunia yang terbuka,” ucapnya.
Seiring dengan perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Tiongkok dan Indonesia pada tahun ini, Li menggarisbawahi pentingnya ketidakstabilan global dijadikan momentum untuk membuka babak baru dalam kerja sama persahabatan kedua negara.
Dia mencatat bahwa China telah menjadi mitra dagang terbesar Indonesia selama 12 tahun berturut-turut dan sumber investasi asing terbesar ketiga selama sembilan tahun berturut-turut.
Berdasarkan data Kementerian Investasi Indonesia, proyek investasi perusahaan China di Indonesia telah melebihi 20.000 proyek, termasuk pembangunan Kereta Cepat Jakarta–Bandung dan berbagai perusahaan industri penting.
“Jika digabungkan dengan investasi ulang dari Hong Kong dan Singapura, Tiongkok kemungkinan besar adalah investor asing terbesar di Indonesia,” katanya.
Lebih lanjut Li menekankan bahwa China akan terus dengan teguh menjaga sistem perdagangan multilateral dengan WTO sebagai intinya dan akan terus mendorong pembentukan sistem ekonomi dunia yang lebih terbuka, serta memberikan kontribusi baru dalam menjaga kelancaran dan stabilitas rantai pasokan global.
Oleh karena itu, penyelenggaraan The 3rd China International Supply Chain Expo (CISCE) di Beijing pada 16-20 Juli 2025, dinilainya, akan menjadi sangat bermakna dan relevan.
Pameran tersebut akan mencakup enam rantai utama dan satu zona layanan rantai pasok, yakni: rantai manufaktur maju, rantai energi bersih, rantai kendaraan pintar, rantai teknologi digital, rantai kehidupan sehat, rantai pertanian hijau, dan satu zona layanan rantai pasok.
“Ini telah membangun jembatan untuk integrasi industri, inovasi bersama, dan keterkaitan pasar antar negara, serta berkontribusi besar dalam membangun sistem kerja sama rantai pasokan global yang aman, stabil, terbuka, dan inklusif,” katanya.
Baca juga: Trump sebut kesepakatan dagang dengan China akan "adil"
Baca juga: Anggota DPR: Jangan hapus sistem pembayaran QRIS dan GPN
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025