Jakarta (ANTARA) - PT Kereta Api Indonesia (Persero) bersama Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan dan Dinas Perhubungan Kota Semarang melakukan uji coba sistem panic button guna meningkatkan keselamatan di perlintasan sebidang Jalan Madukoro (JPL Nomor 6).
Vice President Public Relations KAI Anne Purba mengatakan, inisiatif itu hadir sebagai respons terhadap tingginya potensi kecelakaan di perlintasan sebidang yang masih menjadi titik rawan, terutama di wilayah perkotaan dengan lalu lintas padat seperti Semarang.
"Seiring meningkatnya kecepatan kereta api yang kini bisa mencapai 120 km/jam, sistem keselamatan tambahan menjadi semakin krusial," kata Anne dikutip di Jakarta, Jumat.
Sistem panic button terdiri dari tiga komponen utama yaitu tombol darurat, panel kontrol, serta lampu dan sirine peringatan. Tombol itu berada di pos penjaga perlintasan dan terkoneksi langsung dengan sistem peringatan visual dan audio yang dipasang sejauh 1 kilometer ke kiri dan kanan perlintasan.
Baca juga: Dorong Keselamatan di Perlintasan Sebidang, KAI dan DJKA Uji Coba Panic Button di Semarang
Dalam kondisi normal, lampu indikator tetap padam yang berarti lintasan aman dilalui. Tapi jika tombol darurat ditekan, misalnya karena ada kendaraan mogok atau rintangan lain di jalur, maka lampu merah mulai berkedip disertai bunyi sirine.
"Ini menjadi sinyal kuat bagi masinis bahwa kondisi tidak aman dan perlu dilakukan pengereman darurat," ujarnya.
Rancang bangun sistem itu juga memperhitungkan jarak pengereman optimal, sehingga masinis memiliki waktu yang cukup untuk menghentikan kereta secara aman dan tepat waktu.
Anne mengatakan, teknologi itu merupakan bagian dari strategi besar KAI dalam memodernisasi sistem keselamatan.
Baca juga: KAI Tanjungkarang tutup 19 titik perlintasan liar hingga Juni 2025
“Lewat sistem panic button, KAI ingin menghadirkan solusi praktis dan terukur dalam mencegah kecelakaan. Ini jadi langkah nyata kami untuk menghadirkan perjalanan yang makin aman, selamat dan andal,” jelasnya.
Lebih dari sekadar alat bantu teknis, kehadiran sistem itu menunjukkan bagaimana teknologi bisa memperkuat peran petugas jaga perlintasan dalam merespons situasi darurat secara cepat dan tepat.
Semarang menjadi kota uji coba karena mewakili kompleksitas lalu lintas perkotaan yang padat, dinamis, dan penuh interaksi antara moda transportasi.
Dengan frekuensi perjalanan KA yang terus meningkat, sistem panic button diharapkan menjadi standar baru yang bisa direplikasi di perlintasan-perlintasan lain yang berisiko tinggi.
Baca juga: KAI perkuat komitmen tingkatkan keselamatan perlintasan KA
KAI juga aktif menggandeng instansi pemerintah dan masyarakat untuk terus mengedukasi pentingnya disiplin berlalu lintas di perlintasan sebidang. Kampanye keselamatan secara daring maupun luring terus digencarkan agar kesadaran publik semakin meningkat.
“Keselamatan bukan hanya soal teknologi, tapi juga budaya. Maka kami terus berinovasi dan melibatkan semua pihak demi mewujudkan perlintasan yang lebih aman bagi semua pengguna jalan dan pelanggan kereta api,” kata Anne.
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.