Jakarta (ANTARA) - Sutradara Joko Anwar membuka percakapan tentang inspirasi di balik film terbarunya, "Pengepungan di Bukit Duri".
Di sela kunjungannya ke Antara Heritage Center di Jakarta Pusat, Senin, Joko mengungkapkan bahwa film ini berangkat dari kegelisahan pribadi yang berkaitan dengan isu-isu sosial di Indonesia, khususnya mengenai pendidikan dan budaya kekerasan.
"Kegelisahan bahwa nyatanya pendidikan belum jadi prioritas utama di Indonesia, yang implikasinya besar sekali ke seluruh sendi kehidupan bangsa," kata Joko.
Ia menjelaskan, "Pengepungan di Bukit Duri" menyampaikan pesan moral yang sangat kuat, yaitu pentingnya untuk segera menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama.
Menurut dia, sekolah bukan hanya tempat untuk belajar mengajar, tapi juga pembentukan karakter termasuk etika dan moral.
Baca juga: Aktor "Pengepungan di Bukit Duri" tanggapi tagar viral #KaburAjaDulu
Ia mengungkapkan bahwa masalah ini diperburuk dengan adanya budaya kekerasan yang semakin marak, terutama di kalangan anak muda.
Menurutnya, banyak anak muda yang menghadapi masalah dalam kehidupan mereka, baik di keluarga maupun lingkungan, namun tidak memiliki saluran yang aman dan sehat untuk menyalurkan frustrasi mereka.
"Budaya kekerasan yang ada di masyarakat kita adalah akibat dari kegagalan sistem dalam memberikan cara yang lebih sehat untuk menanggulangi kekecewaan," ungkapnya.
Lebih lanjut Joko Anwar menyampaikan bahwa para pemeran film yang terlibat tidak hanya memiliki kemampuan akting yang baik, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam tentang isu-isu sosial yang diangkat dalam film ini.
Baca juga: Pemain "Pengepungan di Bukit Duri" banyak riset negara sendiri
Aktor Morgan Oey, Omara Esteghlal, Hana Pitrashata Malasan, dan Satine Zaneta dinilai peka secara sosial dan punya kegelisahan yang sama tentang kekerasan dan pendidikan.
Melalui film "Pengepungan di Bukit Duri", ia berharap dapat memberikan dampak emosional, pemahaman serta refleksi bagi masyarakat Indonesia untuk lebih memperhatikan masalah pendidikan dan budaya kekerasan yang terus berkembang.
Dengan genre drama yang dipadukan dengan aksi, Joko berharap penonton tidak hanya terhibur tetapi juga terinspirasi untuk berpikir lebih dalam tentang kondisi sosial yang ada.
"Film ini tidak hanya tentang cerita yang disampaikan, tetapi juga tentang cara kita menyampaikan isu-isu ini secara menyentuh tanpa terkesan ceramah," katanya.
Baca juga: Film Joko Anwar "Pengepungan di Bukit Berduri" rilis trailer resmi
Baca juga: Ini deretan film Indonesia yang unjuk gigi di ajang BIFAN 2024
Baca juga: Menapaki dunia surealisme dalam serial "Nightmares and Daydreams"
Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025