Jakarta (ANTARA) - Indonesia pernah menjadi salah satu raksasa dunia dalam produksi karet alam. Di era kejayaan “emas putih” itu, negeri ini menjadi pemasok utama bahan baku ban, sarung tangan, dan berbagai produk industri global.
Namun, beberapa dekade terakhir, pamor lateks nusantara mulai meredup. Bukan karena jumlah pohon karet berkurang drastis, tetapi karena kualitas bahan olah karet rakyat, bokar yang menurun dan tak mampu bersaing dengan negara produsen lain seperti Thailand dan Vietnam.
Padahal, peluang untuk mengembalikan kejayaan lateks masih terbuka lebar. Kuncinya terletak di hulu: di kebun rakyat, di tangan petani yang setiap pagi menyadap getah karet dari batang pohon.
Martabat emas putih dapat kembali tegak jika petani melakukan langkah kecil yang berdampak besar melalui inovasi sederhana, murah, dan ramah lingkungan untuk meningkatkan mutu bokar.
Pengabdian masyarakat oleh dosen Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri) yaitu Bakri, Leviana, Nabilla Meilasari, Shabilla Amartya, Halim Ma'shum, Karinda Dwi Paserena mengajak kelompok petani karet yang saat ini merasakan dilema dengan kehadiran sawit sehingga berupaya bertahan dengan meningkatkan kualitas bokarnya agar tetap menjadi "emas putih" yang tetap berharga.
Teknik penyadapan yang tepat, penangangan bokar efektif, dan pengendalian Jamur Akar Putih (JAP) dengan Trichoderma sp menjadi fokus petani untuk mengoptimalkan kualitas bokar yang dihasilkan.
Saat ini persoalan bokar bukan hanya pada rendahnya produktivitas, melainkan pada mutu olahan yang rendah. Salah satu kunci mutu olahan bokar ialah pemilihan koagulan efektif.
Koagulan yang direkomendasikan adalah asam semut (asam format) dan deorub karena dapat menghasilkan penggumpalan paling sempurna dengan hasil mutunya yang baik seperti permintaan pasar.
Baca juga: Sumsel dorong hilirisasi karet, siapkan dua produk unggulan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































