Inggris akan alami eksodus jutawan terbanyak pada 2025

1 month ago 6

London (ANTARA) - Inggris diproyeksi akan kehilangan 16.500 jutawan pada tahun ini, jumlah terbanyak di dunia, demikian menurut Henley Private Wealth Migration Report 2025, yang dirilis oleh konsultan migrasi investasi Henley & Partners pada Kamis (24/7).

Laporan tersebut memperkirakan bahwa 142.000 individu dengan kekayaan bersih tinggi (high-net-worth individual/HNWI) akan pindah ke luar negeri pada 2025.

Inggris akan mengalami arus keluar bersih (net outflow) terbesar. Sebaliknya, Uni Emirat Arab (UEA) diperkirakan akan mempertahankan posisi teratasnya sebagai destinasi utama migrasi kekayaan, dengan perkiraan arus masuk bersih (net inflow) lebih dari 9.800 jutawan.

Untuk pertama kalinya, kekuatan-kekuatan Uni Eropa (UE), yakni Prancis, Spanyol, dan Jerman, juga diperkirakan akan mencatat arus keluar bersih HNWI masing-masing sebesar 800, 500, dan 400 individu.

CEO Henley & Partners Juerg Steffen mengatakan data tersebut tidak hanya mencerminkan pergeseran rezim pajak, tetapi juga dinamika peluang global yang lebih luas. "Implikasi jangka panjang bagi daya saing ekonomi dan daya tarik investasi Eropa dan Inggris sangatlah signifikan," ujarnya.

Sejumlah pejalan kaki melintasi Jembatan London di London, Inggris, pada 28 Januari 2024. (Xinhua/Li Ying)

Meskipun perpajakan kerap dinilai sebagai faktor pendorong utama, ada faktor-faktor lain yang juga berperan.

Pakar ekonomi Steve Nolan dari Universitas Liverpool John Moores berpendapat bahwa berkurangnya celah pajak (tax loophole), terutama dalam hal pajak warisan, menjadi kekhawatiran yang kian besar di kalangan masyarakat berkantong tebal.

"Karena lebih kaya, mereka memiliki akses mobilitas yang lebih besar. Jika pajak naik di atas tingkat tertentu, mereka terdorong untuk bermigrasi," ujarnya.

Nolan menambahkan bahwa pusat-pusat keuangan yang sedang berkembang pesat (emerging), terutama di kawasan Asia dan Timur Tengah, menjadi lebih kompetitif dengan menawarkan lingkungan pajak dan investasi yang menguntungkan.

Pakar migrasi Jacopo Zamboni mengaitkan arus keluar bersih para jutawan Jerman dengan pertumbuhan ekonomi yang lamban dan sistem perpajakan yang rumit. Dia juga menekankan soal motivasi pribadi, seperti akses ke pendidikan yang lebih baik dan kondisi hidup yang lebih aman.

Meskipun Inggris diproyeksikan mengalami arus keluar, London tetap menjadi destinasi utama bagi para pendatang berkantong tebal. Rowland Atkinson, ketua Inclusive Societies di Universitas Sheffield, memperingatkan agar tidak melebih-lebihkan narasi "eksodus kekayaan". Dia mengatakan bahwa tren tersebut seharusnya dipandang sebagai sinyal, bukan krisis.

Penasihat aset asal Jerman, Willi Plattes, sependapat bahwa perpajakan hanyalah sebagian kecil dari gambaran yang lebih luas. "Dalam dunia yang penuh ketidakpastian saat ini, mobilitas menjadi salah satu aset paling berharga," ujarnya.

Orang-orang mendekorasi kapal pesiar pribadi mereka di marina Beirut, Lebanon, pada 7 Juli 2022. (Xinhua/Liu Zongya)

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |