Industri farmasi sebut fitofarmaka masuk JKN bisa subtitusi impor

1 month ago 17

Bekasi, Jawa Barat (ANTARA) - Dexa Medica, manufaktur sektor farmasi di Indonesia menyatakan pemanfaatan obat bahan alam (fitofarmaka) dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bisa mengurangi volume impor bahan baku obat dalam negeri.

Director of Business Development and Scientific Affairs PT Dexa Medica, Raymond Tjandrawinata ditemui usai 16Th Annual Meeting WHO IRCH di Pusat Inovasi dan Riset Obat Dexa di Bekasi, Jawa Barat, Kamis menyampaikan dengan dibukanya pemanfaatan fitofarmaka masuk dalam sistem JKN, bisa mendorong industri domestik untuk memaksimalkan potensi obat berbahan alam.

"Kalau misalnya itu dibuka, maka menurut saya akan banyak industri yang membuat fitofarmaka, dan kemudian akan menurunkan importasi bahan baku obat," ucap dia.

Bahan baku obat yang selama ini tercatat masih 94 persen dipenuhi melalui impor, bisa dipenuhi dengan potensi pasar sektor tersebut yang kini sudah terisi oleh 23.000 jamu, dan 77 obat herbal terstandar.

Disampaikan Raymond, bahan baku obat herbal berbasis biodiversitas Indonesia yang dikembangkan pihaknya tidak hanya berfokus pada tumbuhan saja seperti kayu manis, mahkota dewa, dan bungur, melainkan turut menggunakan bahan fauna seperti cacing tanah dan ikan gabus.

Lebih lanjut, selain bisa mensubtitusi bahan baku impor, pemanfaatan fitofarmaka ke dalam JKN juga bisa memacu daya saing ekspor industri obat dalam negeri, mengingat produk Indonesia banyak digunakan secara global.

"Karena pasar untuk ekspor juga masih besar, dan dokternya menerima produk Indonesia," ucapnya pula.

Adapun Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan penggunaan fitofarmaka berpotensi membuat layanan kesehatan di Tanah Air menjadi lebih terjangkau sekaligus aman.

"Penggunaan fitofarmaka membuka peluang bagi layanan kesehatan yang lebih terjangkau dan aman, sekaligus mendukung industri herbal dalam negeri yang berkelanjutan,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita di Jakarta, Jumat (4/10).

Dirinya mengatakan guna mewujudkan hal tersebut, pihaknya mendorong pemanfaatan obat berbahan alam yang telah teruji secara klinis di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di seluruh Indonesia, serta menargetkan peningkatan penggunaan fitofarmaka dalam layanan kesehatan nasional.

Kemenperin mencatat, saat ini terdapat beberapa komponen perusahaan industri obat bahan alam di Indonesia, seperti Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), dan Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA).

Baca juga: Guru Besar UI giatkan inovasi nano teknologi untuk sediaan obat herbal

Baca juga: Akademisi: Pemanfaatan potensi alam kunci kemandirian farmasi RI

Baca juga: BPOM kejar hilirisasi penelitian bahan alam guna kemandirian farmasi

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |