Indonesia Menyongsong Ekonomi Hijau: Energi Surya Jadi Fokus Utama

2 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Indonesia kini berkomitmen pada strategi ekonomi hijau, yang menekankan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan tanpa mengorbankan lingkungan. SUN Energy, sebagai pengembang solar terkemuka di Indonesia, telah menyelesaikan lebih dari 300 proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan total kapasitas 200 MWp, mendukung transisi energi bersih sesuai agenda nasional.

Proyeksi Pertumbuhan dan Penciptaan Lapangan Kerja

Kajian Bappenas memperkirakan penerapan ekonomi hijau dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata 6,3% per tahun hingga 2050. Dalam skenario nol emisi, pertumbuhan bisa mencapai 6,5% jika target tercapai pada 2045. Selain itu, diperkirakan lebih dari 15 juta lapangan kerja baru akan tercipta di sektor ramah lingkungan, seperti energi terbarukan dan transportasi berkelanjutan.

Energi Surya: Pilar Utama Transisi Energi

Energi terbarukan, khususnya energi surya, menjadi fokus utama dalam transisi menuju ekonomi hijau. Saat ini, kapasitas terpasang PLTS baru mencapai sekitar 718 MWp, jauh dari potensi teknis nasional yang mencapai 3.295 GWp. Pemerintah menargetkan pembangunan 69,5 GW pembangkit listrik baru hingga 2034, dengan 17,1 GW berasal dari tenaga surya.

Penurunan Biaya dan Keuntungan untuk Bisnis

Laporan IRENA mencatat bahwa biaya pembangkitan listrik dari PLTS skala besar turun sekitar 85% antara 2010 dan 2020, menjadikannya salah satu sumber energi termurah di dunia. Penurunan biaya ini membuat PLTS semakin terjangkau bagi industri. Sebuah sistem PLTS 1,1 MWp di pabrik dapat menghemat hampir Rp1,7 miliar per tahun, dengan periode balik modal sekitar 7,1 tahun.

Dampak pada Sektor Industri

Sektor industri, sebagai konsumen listrik terbesar di Indonesia, sangat diuntungkan dari efisiensi energi yang ditawarkan oleh PLTS. Dengan konsumsi listrik sekitar 184 TWh pada 2023, penghematan energi akan langsung berdampak pada biaya produksi dan daya saing.

Strategis untuk Sertifikasi Lingkungan dan Akses Pasar Ekspor

Penggunaan PLTS juga membantu perusahaan dalam mencapai sertifikasi lingkungan seperti ISO 14001 dan penghargaan PROPER. Selain itu, mulai 2026, Uni Eropa akan menerapkan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM), yang akan membebani produk dengan jejak karbon tinggi. Perusahaan yang menggunakan energi terbarukan seperti PLTS dapat mengurangi atau menghindari beban karbon ini.

Dengan demikian, pemanfaatan PLTS tidak hanya relevan untuk efisiensi biaya dalam negeri tetapi juga menjadi kunci bagi daya saing produk Indonesia di pasar global. Energi surya menawarkan solusi untuk mengurangi emisi dan memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok internasional.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |