Jakarta (ANTARA) - Indonesia akhirnya memiliki teleskop radio Very Long Baseline Interferometry Global Observing System (VGOS) pertama melalui jalinan kerja sama antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Observatorium Astronomi Shanghai yang bernaung di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China (Shanghai Astronomical Observatory-Chinese Academy of Sciences/SHAO-CAS) dan berlokasi di Observatorium Bosscha di Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Kehadiran bangunan setinggi 19 meter ini nantinya akan semakin memperkuat kemajuan riset astronomi dan geodesi modern di Indonesia.
Tahap akhir dari pembangunan struktur teleskop itu telah dilakukan pada Rabu (9/7) melalui pemasangan bagian antena berbobot 85 ton.
"Semoga kita bisa mewujudkan astronomi yang semakin maju, berkontribusi nyata, dan berdampak," ujar Ketua Tim Implementasi Pembangunan Teleskop Radio VGOS sekaligus Kepala Observatorium Bosscha Hesti Retno Tri Wulandari, mengutip pernyataan resmi yang dirilis oleh ITB.
Kolaborasi ITB dan SHAO-CAS menjadi bagian dari kerja sama bilateral antara China dan Indonesia melalui kerangka Poros Maritim Dunia (Global Maritime Fulcrum/GMF) dan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) yang dicapai oleh presiden Republik Indonesia dan China.

Selain itu, VGOS merupakan jaringan teleskop radio global yang beroperasi secara sinkron untuk mengamati sumber radio kosmik dengan presisi tinggi. Fasilitas itu berfungsi untuk memantau pergerakan benua, termasuk kecepatan dan perubahan jaraknya dalam jangka waktu tertentu, hingga pengaplikasiannya dalam memantau potensi perubahan iklim.
VGOS di Lembang ini akan menjadi representasi strategis di wilayah ekuator bujur timur dan melengkapi jaringan teleskop dunia yang hingga saat ini masih didominasi oleh Belahan Bumi Utara. Sehingga, kehadiran teleskop ini disebut-sebut akan memperkuat basis pengamatan global yang menghubungkan Belahan Bumi Utara dan Selatan. Beberapa negara lain yang telah lebih dulu memiliki fasilitas serupa yakni China, Amerika Serikat, Swedia, Brasil, hingga Thailand.

Pembangunan selanjutnya memasuki tahap penyelesaian, baik dari segi arsitektural, teknik sipil, permesinan, hingga kelistrikan, sebelum melakukan komisioning dalam bidang astronomi dan geodesi ke depannya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.