Jakarta (ANTARA) - Ketua Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas) Ilham Akbar Habibie menekankan kecerdasan buatan (AI) hanyalah alat yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia, sehingga masyarakat tidak boleh hanya terpaku dengannya.
"Alangkah baiknya AI kita gunakan untuk memperkuat, karena dia alat. Jangan kita cari di mana kita secara strategis mesti berada, tapi kita cari dulu yang mana kita mau," katanya dalam diskusi teknologi di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu.
Ilham menekankan pemanfaatan AI sejatinya ditujukan untuk membantu pekerjaan manusia, bukan untuk menggantikan pekerjaan manusia.
"Jadi kalau kita mendengar misalnya pendiri daripada Open AI, Sam Altman, dia sendiri pernah dua kali ke Jakarta, mengatakan tidak pernah dari awal AI dimaksudkan untuk menggantikan, tidak, itu lebih sebagai pelengkap," ungkapnya.
Baca juga: Mensos: Sekolah Rakyat siap gunakan AI petakan potensi murid
Baca juga: Disrupsi sunyi: Bagaimana AI menyabotase kemandirian generasi muda
Oleh karena itu, Ilham mengimbau agar masyarakat berhati-hati dalam menggunakan AI. Terlebih, saat ini disrupsi informasi mulai banyak terlihat di dunia maya.
"Apa yang harus kita lakukan dari AI? Untuk membuat apa yang kita mau. Dengan negara kita ini ada beberapa program, kita harus mempergunakan desainnya, pelaksanaannya, proses kerjanya," ucapnya.
"Ia (AI) menjadi tool untuk memperbaiki kinerja negara, bangsa kita, khususnya buat pemerintah, ada beberapa kualitas, itulah yang harus diperbaiki, disempurnakan," ujar Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) itu.
Senada dengan Ilham, Direktur Utama BAKTI Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Fadhilah Mathar mendorong agar negara harus memanfaatkan AI dengan maksimal dan berusaha mengikis hal-hal negatif yang diperolehnya.
Fadhilah mengatakan pihaknya kini tengah membangun peta jalan AI untuk 5 tahun mendatang, termasuk memastikan bahwa unsur-unsur lainnya seperti masalah sekuritas, keamanan data, dan masalah perlindungan data pribadi itu juga masuk di dalamnya.
"Sebenarnya AI ini memiliki potensi yang sangat besar, sehingga itu yang harus kita ke depankan," tutur Fadhilah Mathar.*
Baca juga: AJARI masuk 10 startup AI terbaik lewat program Presight Accelerator
Baca juga: Kepala BRIN: Indonesia tak perlu ikut-ikutan buat "ChatGPT"
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.