IDAI apresiasi CKG di sekolah, berharap bisa diberi ke semua anak

1 month ago 15
Secara keseluruhan, data hasil pemeriksaan dapat menjadi acuan intervensi kesehatan berbasis bukti dan dasar kebijakan kesehatan nasional

Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyambut baik Cek Kesehatan Gratis (CKG) bagi anak sekolah, dan berharap program itu bisa dijalankan secara menyeluruh dan merata bagi semua anak Indonesia.

"IDAI berharap program Pemeriksaan Kesehatan Gratis untuk anak usia sekolah yang sangat baik ini dapat dilakukan secara menyeluruh dan merata pada semua anak Indonesia dan bukan hanya di sekolah-sekolah perkotaan atau daerah dengan fasilitas kesehatan memadai," kata Sekretaris Umum Pengurus Pusat IDAI Hikari Ambara Sjakti di Jakarta, Jumat.

Hikari menyebutkan bahwa program ini merupakan langkah strategis untuk mendeteksi dini masalah kesehatan, memantau tumbuh kembang anak, serta mencegah penyakit yang dapat mengganggu proses belajar dan kualitas hidup generasi penerus bangsa melalui edukasi.

"Secara keseluruhan, data hasil pemeriksaan dapat menjadi acuan intervensi kesehatan berbasis bukti dan dasar kebijakan kesehatan nasional," katanya.

Baca juga: Kemenko PM: Kolaborasi sebagai strategi utama percepat CKG

Sebab CKG dilakukan melalui sekolah, katanya, maka perlu juga dipikirkan bagaimana untuk menjangkau anak putus sekolah. Dia pun mengutip data Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), yang menunjukkan bahwa ada lebih dari 4 juta anak-anak putus sekolah di Indonesia.

IDAI juga mendorong agar hasil pemeriksaan diikuti dengan rujukan ke puskesmas atau rumah sakit, terutama bagi anak dari keluarga kurang mampu sehingga saat terdeteksi, anak bisa mendapatkan penanganan lebih lanjut meski orangtua tidak memiliki biaya atau akses.

Selain itu, kata Hikari, kesiapan infrastruktur harus diperhatikan. Masih banyak daerah yang mengalami keterbatasan alat pemeriksaan dasar seperti timbangan, stadiometer, atau alat ukur hemoglobin.

Baca juga: Deteksi dini penyakit, Menteri Arifah gelar CKG bagi pegawai KemenPPPA

"Hal ini menyebabkan pemeriksaan sering terbatas pada pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah, tanpa pemeriksaan lanjutan seperti tes hemoglobin (untuk anemia), pemeriksaan kesehatan gigi-mulut, atau skrining gangguan mental," katanya.

Dalam jangka panjang, kata Hikari, beberapa penyakit penting juga diharapkan menjadi bagian dari CKG, seperti skrining thalasemia, guna mencegah terjadinya sakit thalasemia sehingga akan sangat mengurangi pembiayaan kesehatan.

Baca juga: Program CKG di Jambi temukan ada pelajar SMA kena hipertensi

Dari sisi masyarakat, masih ada tantangan untuk menyadarkan orang tua dan pihak sekolah. Masih terdapat persepsi bahwa cek kesehatan hanya diperlukan untuk anak yang sedang sakit, bukan sebagai tindakan preventif. Menurutnya, CKG seharusnya disertai juga dengan penguatan edukasi masyarakat mengenai upaya pencegahan penyakit.

Pihaknya juga menegaskan komitmennya untuk mendukung kesuksesan program tersebut, contohnya melalui advokasi.

“Kami menegaskan bahwa kesehatan anak adalah investasi masa depan bangsa. IDAI mengajak semua pihak, termasuk masyarakat, untuk bersama-sama memastikan program ini berjalan efektif dan berkelanjutan. Dengan kolaborasi semua pihak, program ini dapat memberi dampak yang lebih besar bagi kesehatan anak Indonesia,” katanya.

Baca juga: PCO: CKG jemput bola di sekolah wujudkan budaya sehat sejak dini

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |