Harapan besar pelajar untuk Gubernur Maluku lewat sepucuk surat

3 weeks ago 5
Kami ingin setiap anak, guru, dan masyarakat punya akses membaca, bahkan di tempat yang jauh dari kota

Ambon (ANTARA) - Di meja kayu panjang pada ruang kerja Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa berderet rapi ratusan amplop dengan perangko warna-warni. Di setiap lembaran kertas tertulis suara dan harapan anak-anak Maluku yang datang dari pulau-pulau jauh. Satu per satu surat dibuka, dibaca Gubernur dengan senyum dan sesekali helaan napas.

Surat-surat itu merupakan bagian dari lomba menulis surat cinta untuk gubernur yang digelar untuk memperingati HUT ke-80 Provinsi Maluku. Sebanyak 380 pelajar SMA, SMK, dan Madrasah Aliyah se-Maluku ikut berpartisipasi.

Ajang ini menjadi ruang ekspresi bagi generasi muda untuk menyampaikan pandangan, kritik membangun, dan ide-ide kreatif mereka terhadap pembangunan daerah. Setiap surat tidak hanya berisi ungkapan rasa cinta kepada Maluku, tetapi juga menggambarkan kondisi sosial, ekonomi, pendidikan, dan lingkungan dari sudut pandang pelajar.

Beberapa surat mengungkap rasa bangga atas kekayaan budaya dan potensi sumber daya alam Maluku.

"Kami bangga menjadi bagian dari Maluku yang kaya budaya dan alamnya. Laut yang luas, rempah yang harum, dan tradisi yang tetap hidup membuat kami yakin Maluku bisa berdiri sejajar dengan daerah lain di Indonesia," tulis Reynold, seorang pelajar SMA dari Kabupaten Maluku Tengah dalam suratnya.

Sementara yang lain menyuarakan harapan tentang peningkatan kualitas pendidikan, pemerataan pembangunan, serta lapangan kerja untuk generasi muda. Tak jarang, nada-nada emosional hadir dalam bentuk doa dan motivasi, seakan ingin menguatkan pemimpin mereka untuk terus bekerja membangun provinsi tercinta.

“Pak Gubernur, kami tahu membangun Maluku tidak mudah. Tapi kami percaya, dengan pendidikan yang merata, jalan yang lebih baik, dan lapangan kerja untuk kami anak muda, Maluku bisa maju. Kami selalu mendoakan Bapak agar kuat memimpin kami." Begitu tulissn Luukas, seorang pelajar dari Kabupaten Kepulauan Aru, da;am suratnya.

Surat-surat ini menjadi hadiah istimewa untuk Provinsi Maluku yang memasuki usia ke-80 tahun, sekaligus pengingat bahwa cinta terhadap daerah bisa lahir dari kata-kata yang sederhana namun tulus.

Baca juga: Siswa Sekolah Rakyat dimotivasi agar semangat menempuh pendidikan

Literasi di era digital

Di era digital yang serba cepat, budaya literasi sering dianggap mulai memudar. Anak-anak dan remaja lebih akrab dengan ponsel dan media sosial ketimbang buku dan pena. Namun, di Maluku, secercah harapan muncul ketika ratusan pelajar memilih menulis surat kepada gubernurnya. Bukan sekadar lomba, melainkan wujud sederhana bahwa generasi muda masih ingin berbicara lewat kata-kata yang ditulis dengan tangan dan hati.

Fenomena ini menunjukkan bahwa literasi bisa hidup berdampingan dengan teknologi. Surat-surat itu mungkin dikirim secara manual, tetapi dibaca dan diapresiasi secara digital, memberi makna baru bagi proses belajar menulis dan berpikir kritis.

Di balik lembaran kertas itu, ada ide-ide tentang pendidikan, lingkungan, budaya, dan masa depan daerah. Anak-anak belajar menyusun kalimat, mengolah emosi, dan menuangkan gagasan dengan struktur yang rapi, keterampilan yang sangat berharga di tengah banjir informasi daring.

Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa (ANTARA/HO-Dedy Azis)

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |