Gaza City, Palestina (ANTARA) - Hamas menyatakan bahwa babak baru perundingan gencatan senjata dengan Israel resmi dimulai pada Selasa (11/3) malam dan optimistis bahwa pembicaraan tersebut akan bermuara pada "kemajuan nyata".
"Hamas telah memulai babak baru negosiasi gencatan senjata," ucap pejabat tinggi Hamas, Abdel Rahman Shadid, dalam platform digital organisasi Palestina tersebut.
Ia menegaskan komitmen Hamas melibatkan diri "dengan tanggung jawab dan optimisme penuh", termasuk untuk pembicaraan yang dilakukan dengan utusan khusus Amerika Serikat untuk urusan sandera, Adam Boehler.
"Kami harap babak kali ini menghasilkan langkah konkret menuju tahap kedua negosiasi untuk menghentikan agresi, memastikan ditariknya pasukan penjajah Israel dari Gaza, dan merampungkan kesepakatan pertukaran tahanan," kata Shadid.
Pekan lalu, Boehler bertemu dengan pejabat senior Hamas di Doha, Qatar, untuk membahas pembebasan sandera Israel di Gaza, termasuk lima WN AS, tanpa sepengetahuan Israel.
Menurut pihak Israel, masih ada 59 sandera mereka di Jalur Gaza yang 24 di antaranya diyakini masih hidup.
Sementara, lebih dari 9.500 orang Palestina saat ini masih ditahan di penjara Israel di mana mereka, menurut laporan HAM, didera siksaan dan pengabaian medis, sehingga menyebabkan banyak kematian.
Negosiasi tak langsung antara Israel dan Hamas yang dimediasi Qatar berlangsung di Doha. Hal tersebut terjadi usai pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu mengulur-ulur fase kedua kesepakatan gencatan senjata yang bertujuan mengakhiri pertempuran dan memastikan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza.
Fase pertama gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel, yang dimediasi Qatar dan Mesir dengan dukungan Amerika Serikat, berlangsung dari 19 Januari hingga 1 Maret 2025.
Netanyahu masih belum melanjutkan gencatan senjata ke tahap kedua karena mengutamakan pembebasan lebih banyak sandera Israel, namun enggan berkomitmen menghentikan serangan dan menarik pasukan militernya dari Gaza.
Pada 8 Maret lalu, Netanyahu mengeklaim bahwa Hamas menolak usulan AS supaya ada gencatan senjata sementara sepanjang Ramadhan dan Pesakh (Paskah Yahudi). Namun, bantuan kemanusiaan sudah dihalangi masuk ke Gaza sejak 2 Maret, sehingga memperburuk kondisi di wilayah itu.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 48.500 orang yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak tewas akibat agresi militer Israel di Gaza. Serangan tersebut berhenti sementara sepanjang gencatan senjata dan pertukaran tahanan sejak Januari lalu.
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November lalu untuk Netanyahu dan bekas pejabat pertahanannya, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perang yang dilancarkannya di wilayah tersebut.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Menlu AS: Pertemuan utusan AS dengan Hamas hanya terjadi sekali
Baca juga: Mediator desak Israel lanjutkan perundingan tahap kedua dengan Hamas
Baca juga: Hamas: Ancaman Trump perumit kesepakatan gencatan senjata Gaza
Penerjemah: Nabil Ihsan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025