Jakarta (ANTARA) - Perut kembung, kondisi ketika perut terasa kencang, penuh, dan terlihat membesar, terjadi karena gas di perut terlalu banyak.
Sebagaimana dikutip dalam siaran Hindustan Times pada Selasa (3/6), dokter Rajesh Bathini selaku konsultan gastroenterologi di Rumah Sakit Manipal di India menyampaikan bahwa mengonsumsi makanan tertentu, seperti sayur berserat tinggi dan produk susu, bisa memicu perut kembung.
Namun, ia menyampaikan, faktor lain seperti penyakit tukak lambung yang disebabkan oleh infeksi Helicobacter pylori, GERD, dan sindrom iritasi usus besar juga bisa menjadi pemicu.
"Penyakit sistemik seperti diabetes yang tidak stabil, komplikasi tiroid, atau pengobatan (aspirin atau suplemen zat besi) juga mengganggu pandangan klinis dan kondisi seperti gagal jantung atau serangan jantung terkadang dapat memiliki gejala yang lebih terkait dengan perut kembung," katanya.
Konsultan ahli gastroenterologi dr. Gyanarajan Rout mengatakan bahwa perut kembung kronis bisa jadi merupakan gejala dari masalah yang lebih besar.
Ia mengatakan bahwa perut kembung bisa jadi menandakan munculnya sindrom iritasi usus besar, intoleransi laktosa, dan SIBO, kondisi ketika bakteri di usus halus tumbuh secara tidak terkendali.
"Ketidakseimbangan hormon, terutama pada perempuan, merupakan alasan lain yang dapat menyebabkan perut kembung," katanya.
"Yang jarang diketahui adalah kontribusi stres psikologis dan kecemasan yang dapat menyebabkan tekanan yang memengaruhi fisiologi dan gejala gastrointestinal," ia menambahkan.
Baca juga: Sembilan makanan pemicu perut kembung dan gas berlebih
Baca juga: Penyebab perut tetap kembung walau sudah makan sehat
Dokter Anurag Shetty selaku konsultan gastroenterologi di Rumah Sakit KMC mengemukakan bahwa gas dan kembung adalah dua masalah yang umumnya dianggap sebagai gangguan yang berhubungan dengan pola makan.
Menurut dia, kondisi itu merupakan hasil dari mekanika tubuh yang rumit.
"Kondisi malabsorptif, seperti intoleransi laktosa, dapat memfermentasi makanan yang tidak dicerna dengan baik yang dapat menimbulkan lebih banyak gas," katanya.
Selain itu, ia melanjutkan, gangguan motilitas usus seperti yang diamati pada kasus sembelit kronis dapat menimbulkan fermentasi dan menyebabkan perut kembung.
Perubahan hormonal yang berhubungan dengan menstruasi atau menopause, menurut dia, juga dapat memicu kembung pada perempuan.
Perut kembung bisa jadi tidak berbahaya, tetapi jika terus berlanjut sebaiknya tidak diabaikan.
Dokter Gyanaranjan Rout menyarankan perubahan gaya hidup yang mencakup pengaturan makan, minum, dan olahraga serta manajemen stres untuk menekan risiko perut kembung.
Jika upaya itu tidak membantu, ia melanjutkan, maka sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter agar bisa mengetahui penyebab pastinya dan mendapat rekomendasi penanganan yang tepat.
Baca juga: Enam cara atasi perut kembung dengan efektif
Baca juga: Perut keroncongan bukan hanya karena lapar
Penerjemah: Sinta Ambarwati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2025