Jakarta (ANTARA) - Guru besar dari Universitas Mercu Buana (UMB) Prof. Dr. Indra Siswanti, M.M., menawarkan sebuah konsep baru bernama Hexaple Bottom Line (HBL) bagi keberlanjutan bank syariah.
“HBL melengkapi kerangka itu dengan dimensi keenam, yakni Partnership. Kolaborasi multipihak menjadi kunci keberlanjutan bank syariah sekaligus mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan global,” kata Indra dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat.
Dalam upacara pengukuhan guru besar UMB di Jakarta, Selasa (19/8), Indra memaparkan konsep baru itu lewat orasi ilmiah berjudul “Hexaple Bottom Line: Sebuah Paradigma Baru dalam Bisnis Berkelanjutan Bank Syariah”.
Ia menyampaikan konsep tersebut merupakan pengembangan dari kerangka triple bottom line (people, planet, profit) yang selama ini dikenal luas dalam bisnis berkelanjutan.
Kerangka keberlanjutan bisnis telah berevolusi melalui quadruple bottom line dengan penambahan dimensi nilai spiritual, serta pentuple bottom line dengan tambahan inovasi teknologi.
Hal lain yang ditekankannya yakni pentingnya keseimbangan aspek sosial, lingkungan, ekonomi, etika, teknologi, dan kolaborasi dalam ekosistem keuangan Islam.
Indra meyakini bahwa kemitraan tidak hanya memperkuat daya saing, tetapi juga mengoptimalkan kontribusi bank syariah terhadap inklusi keuangan, pembiayaan hijau, dan pencapaian SDG 17 (Partnership for the Goals).
Dalam kesempatan itu, Indra yang memegang bidang ilmu manajemen itu turut dikukuhkan menjadi guru besar UMB bersama dengan keempat orang lainnya.
Guru besar baru yang dikukuhkan selain Indra adalah Prof. Rizki Briandana, M.Comm., Ph.D. (ilmu media dan komunikasi), Prof. Dr. Herry Agung Prabowo, M.MSc., Ph.D., (lean manufacturing), Prof. Dr. Ratna Mappanyukki, M.Si. (ilmu audit), dan Prof. Dr. Dewi Nusraningrum, M.Si. (ilmu manajemen).
Rektor UMB Prof. Dr. Ir. Andi Adriansyah, M.Eng., menyatakan bahwa gelar guru besar bukanlah garis akhir, melainkan awal dari tanggung jawab yang lebih besar.
“Guru besar harus menjadi mercu suar bagi masyarakat, penunjuk arah bagi generasi penerus, sekaligus penggerak perubahan sosial,” ujarnya.
Karya para guru besar tidak boleh berhenti di jurnal akademik, melainkan harus menembus batas kampus dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
Ia menekankan dengan demikian, kontribusi para guru besar bukan hanya pada pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga pada upaya menjaga bumi dan membangun masa depan yang lebih baik.
Baca juga: Dirut BTN ungkap BVIS resmi menjadi Bank Syariah Nasional
Baca juga: Mantan Wapres Mar'uf Amin dukung Muhammadiyah dirikan bank syariah
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.