Guru Besar UI temukan bahan baku obat bisa kurangi impor

3 days ago 3
Kemandirian nasional dalam penyediaan bahan baku obat sangat penting khususnya eksipien, ini bisa melalui pemanfaatan biomassa lokal

Depok (ANTARA) - Guru Besar dalam bidang Ilmu Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (UI) l Prof. Dr. apt. Herman Suryadi, M.Si menemukan manfaat lignoselulosa sebagai bahan baku obat guna menekan angka impor eksipien farmasi.

"Kemandirian nasional dalam penyediaan bahan baku obat sangat penting khususnya eksipien, ini bisa melalui pemanfaatan biomassa lokal," kata Herman Suryadi di Depok, Jawa Barat, Kamis.

Eksipien merupakan bahan tambahan dalam pembuatan obat yang berperan penting dalam efektivitas dan stabilitas produk farmasi.

Salah satu eksipien penting adalah selulosa mikrokristalin (MCC) yang hingga kini sebagian besar masih bergantung pada impor, meskipun bahan baku lokal sangat melimpah.

“Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam menyediakan bahan baku MCC secara mandiri. Salah satu contohnya adalah kulit buah kakao yang merupakan biomassa lignoselulosa dengan kandungan selulosa tinggi. Kakao sendiri merupakan komoditas unggulan nasional, menjadikan limbahnya sebagai sumber bahan baku potensial yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal,” jelas Herman.

Lebih lanjut ia memaparkan berbagai metode pretreatment lignoselulosa baik fisik, kimia, fisikokimia, maupun biologis yang dapat digunakan untuk mengekstraksi selulosa.

Ia menekankan keunggulan pendekatan biologis/enzimatis yang lebih ramah lingkungan dan menjanjikan hasil lebih optimal tanpa menghasilkan produk samping berbahaya.

Hasil riset bersama mahasiswa Fakultas Farmasi UI ini juga menunjukkan bahwa MCC yang dihasilkan dari kulit kakao Indonesia memiliki karakteristik serupa dengan produk komersial seperti Avicel PH101.

Dari sekitar 140.000 ton biomassa kulit kakao yang tersedia, diperkirakan dapat dihasilkan hingga 6.000 ton MCC, yang sudah mencukupi kebutuhan impor nasional saat ini (<5.000 ton).

“Ini baru dari kakao saja. Masih banyak potensi biomassa lignoselulosa lain dari limbah pertanian dan perkebunan yang belum tergarap. Artinya, Indonesia sejatinya memiliki peluang besar untuk mandiri bahkan menjadi eksportir bahan baku farmasi,” tegasnya.

Herman juga menyerukan pentingnya sinergi lintas sektor antara pemerintah, industri farmasi, dan lembaga riset untuk mewujudkan visi kemandirian farmasi nasional.

Ia mengusulkan adanya dana abadi riset dan penguatan jalur riset di tingkat sarjana sebagai bagian dari strategi jangka panjang.

Baca juga: Bahan baku obat-obatan di Indonesia masih tergantung dari impor

Baca juga: BRIN catat ada 2.850 spesies tanaman obat di Indonesia

Baca juga: Guru Besar UI giatkan inovasi nano teknologi untuk sediaan obat herbal

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |