Google ungkap emisi karbonnya naik seiring pertumbuhan AI

2 months ago 19

Jakarta (ANTARA) - Raksasa teknologi Google, dalam laporan terbarunya di 2025 yang membahas ambisi berkelanjutan perusahaan menyebutkan emisi karbon yang dihasilkan perusahaan itu naik sebesar 11 persen hingga mencapai 11,5 juta metrik ton polusi karbon dioksida pada 2024.

Jumlah itu menandai peningkatan 51 persen dibandingkan dengan 2019 dan hal tersebut terjadi dikarenakan adanya beberapa faktor di luar kendali yang dirasa membuat tujuan iklim perusahaan menjadi lebih menantang salah satunya ialah evolusi AI.

Dalam laporan The Verge, Sabtu (28/6), evolusi AI yang berpengaruh pada naiknya tingkat emisi karbon Google terjadi karena kebutuhan energi yang melonjak sehingga lintasan emisi perusahaan ke depannya menjadi lebih sulit diprediksi.

Baca juga: Google luncurkan Gemini CLI Open-Source

Dengan hal yang sulit diprediksi, tentunya perusahaan yang berbasis di AS itu menjadi lebih sulit untuk mencapai tujuan memangkas polusi yang memanaskan planet hingga setengahnya pada 2030 dibandingkan rencana awalnya saat dicanangkan di 2019.

Sebuah tabel dalam lampiran laporan Google menunjukkan bahwa total emisinya sebenarnya mencapai 15.185.200 metrik ton karbon dioksida. Jumlah tersebut kira-kira setara dengan emisi dari hampir 40 pembangkit listrik berbahan bakar gas selama setahun.

Laporan Google juga menyoroti pengurangan emisi karbon sebesar 12 persen dari pusat data, meskipun penggunaan energinya terus meningkat berkat AI. Meskipun terjadi penurunan, emisi karbon dari pusat data masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan 2019.

Baca juga: PwC: Adopsi AI bisa tambah 15 poin persentase ke PDB global pada 2035

Laporan tersebut juga menyoroti perubahan pada kebijakan terkait iklim dan energi, penerapan teknologi energi bebas karbon yang lebih lambat dari yang dibutuhkan, dan kurangnya solusi energi bebas karbon di pasar tertentu.

“Faktor-faktor eksternal ini dapat memengaruhi biaya, kelayakan, dan jadwal kemajuan kami — dan menavigasinya memerlukan fleksibilitas,” tulis Google.

Masalah emisi karbon dari AI, tidak hanya dihadapi oleh Google tapi juga para kompetitornya seperti Microsoft dan Meta yang juga membutuhkan banyak energi untuk mengembangkan teknologi tersebut.

Baca juga: Google uji coba fitur audio rangkuman hasil pencarian di mobile

Bahkan AI digadang-gadang mengonsumsi lebih banyak energi yang ada di dunia secara global daripada Bitcoin pada akhir tahun ini.

Meskipun perusahaan AI seperti DeepSeek bertujuan untuk menciptakan model yang lebih hemat energi, prospek itu tidak menghentikan perusahaan lainnya menciptakan sumber-sumber daya seperti Meta untuk membangun pusat data bertenaga gas yang besar di Louisiana.

Hal ini juga didukung secara kebijakan, terbaru Presiden AS Donald Trump telah menandatangani perintah eksekutif yang mempromosikan penggunaan batu bara untuk memberi daya pada pusat data AI.

Sehingga untuk perusahaan-perusahaan teknologi melakukan pengurangan emisi karbon tampaknya di masa depan masih cukup sulit dan diperlukan penyesuaian dan inovasi ramah lingkungan agar bisa terlaksana.

Baca juga: Fitur AI Google berdampak penurunan jumlah kunjungan ke situs berita

Baca juga: Google tunda peluncuran fitur Ask Photos karena masalah performa

Penerjemah: Livia Kristianti
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |