Google hadapi gugatan antipakat di Uni Eropa karena fitur AI Overviews

1 week ago 13

Jakarta (ANTARA) - Sekelompok penerbit independen yang tergabung dalam Independent Publishers Alliance melayangkan gugatan antipakat (antitrust) atau antimonopoli kepada badan eksekutif Uni Eropa, Komisi Eropa, terkait fitur AI Overviews di layanan Google Search.

Dilansir dari Tech Crunch pada Minggu, dalam pengaduannya, kelompok tersebut menuduh Google telah "menyalahgunakan konten web untuk fitur AI Overviews di Google Search yang telah dan terus menyebabkan kerugian signifikan bagi para penerbit, termasuk media berita dalam bentuk penurunan lalu lintas situs, pembaca, dan pendapatan."

Mereka juga menyoroti bahwa para penerbit pada dasarnya tidak memiliki pilihan untuk menolak penggunaan materi mereka dalam ringkasan AI Overviews tanpa sepenuhnya menghilang dari hasil pencarian Google.

Google mulai menyematkan ringkasan hasil pencarian yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI) lebih dari setahun lalu. Meskipun sempat menuai kritik karena jawaban AI yang keliru atau menyesatkan, fitur ini tetap dikembangkan dan kini dinilai menyebabkan penurunan besar dalam trafik situs berita.

Baca juga: Google umumkan Veo 3 resmi hadir di Indonesia

Menanggapi gugatan ini, juru bicara Google mengatakan bahwa pengalaman baru berbasis AI dalam layanan pencarian “memungkinkan orang mengajukan lebih banyak pertanyaan, yang menciptakan peluang baru bagi konten dan bisnis untuk ditemukan.”

Google juga membantah tudingan bahwa AI Overviews merugikan penerbit. Menurut mereka, klaim penurunan lalu lintas seringkali didasarkan pada data yang tidak lengkap.

“Situs bisa mengalami kenaikan atau penurunan trafik karena berbagai alasan,” kata perusahaan itu.

Diketahui, kehadiran fitur AI Overviews dan alat berbasis kecerdasan buatan (AI) lainnya dari Google, termasuk chatbot, telah berdampak terhadap penurunan jumlah kunjungan ke situs berita, menurut laporan The Wall Street Journal.

Menanggapi ancaman ini, beberapa penerbit seperti The Atlantic dan The Washington Post telah menyuarakan pentingnya perubahan model bisnis industri media secara cepat. Beberapa media bahkan telah menjalin kerja sama konten dengan perusahaan AI demi membuka sumber pendapatan baru.

Misalnya The New York Times yang menandatangani kesepakatan dengan Amazon untuk melisensikan konten editorial mereka guna melatih platform AI milik raksasa teknologi tersebut.

Beberapa penerbit lain, termasuk The Atlantic, juga bekerja sama dengan OpenAI. Sementara itu, startup AI Perplexity berencana membagikan pendapatan iklan kepada penerbit berita jika chatbot-nya menampilkan konten mereka dalam hasil jawaban.

Baca juga: Google luncurkan generator video berbasis AI Veo 3 secara global

Baca juga: Google Authenticator: Solusi otentikasi dua faktor untuk keamanan akun

Baca juga: Kanada cabut pajak layanan digital untuk dorong negosiasi dengan AS

Penerjemah: Farhan Arda Nugraha
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |