Gaza luncurkan kampanye vaksinasi anak setelah dua tahun perang

1 hour ago 4

Gaza (ANTARA) - Otoritas kesehatan di Jalur Gaza pada Minggu (9/11) meluncurkan sebuah kampanye vaksinasi yang menargetkan anak-anak di bawah usia tiga tahun, dengan tujuan mencegah wabah penyakit menular setelah dua tahun layanan imunisasi terganggu akibat perang.

Dalam sebuah pernyataan pers, otoritas kesehatan Gaza menyatakan bahwa kampanye ini dilaksanakan di 150 pusat kesehatan di seluruh wilayah Jalur Gaza, bekerja sama dengan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA) dan Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina (Palestinian Red Crescent Society/PRCS), dengan dukungan dari Dana Anak-anak PBB (UNICEF) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Otoritas itu menyebutkan kampanye itu akan berlangsung selama 10 hari dan dilaksanakan dalam tiga fase, yang masing-masing berjarak satu bulan, untuk menjangkau anak-anak yang melewatkan vaksinasi rutin sejak pecahnya perang pada Oktober 2023.

Direktur Medis Rumah Sakit Lapangan PRCS al-Saraya di Gaza City Salim al-Qirm mengatakan kepada Xinhua bahwa sekitar 45.000 anak di Gaza belum menerima vaksinasi esensial selama dua tahun terakhir.

"Terhentinya program vaksinasi telah meningkatkan kemungkinan penyebaran wabah penyakit menular yang serius," katanya.

Dia menambahkan bahwa malanutrisi dan anemia dapat semakin melemahkan sistem kekebalan tubuh anak-anak.

Al-Qirm menyebutkan bahwa ratusan anak meninggal dalam dua tahun terakhir akibat sistem kekebalan tubuh yang lemah dan kondisi kesehatan yang buruk.

"Situasi kesehatan anak-anak di Gaza sangat memprihatinkan akibat kelangkaan vaksin, makanan, dan susu formula bayi, serta memburuknya layanan perawatan kesehatan," ujarnya.

Dia mengatakan tim medis telah mulai memberikan vaksin untuk polio, campak, cacar, dan hepatitis, dengan respons positif dari para orang tua.

Warga Palestina terlihat setelah kembali ke wilayah Sheikh Radwan yang hancur, Kota Gaza Utara, (6/11/2025). (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Di sebuah pos vaksinasi yang terletak di dekat rumah sakit PRCS, Aya Abu Obeid mengatakan dia membawa putranya yang berusia dua tahun untuk menerima dosis vaksin pertamanya sejak 2023.

"Saya bergegas ke sini begitu mendengar tentang kampanye vaksinasi, karena anak saya belum menerima satu pun dosis vaksin selama dua tahun akibat gangguan layanan kesehatan," ungkapnya kepada Xinhua.

Abu Obeid mengatakan bahwa anak-anak di Gaza sangat rentan terhadap berbagai penyakit karena air yang tercemar, sanitasi yang buruk, dan tumpukan sampah, sehingga vaksinasi menjadi hal yang sangat mendesak.

Di kamp pengungsi al-Bureij di Gaza tengah, Sumaya Ayoub membawa anaknya yang lebih kecil setelah putra sulungnya tertular cacar air dalam pengungsian. Dia mengatakan dirinya telah berulang kali mencari vaksin namun tak berhasil, dan menganggap kampanye ini sebagai kesempatan untuk melindungi anak-anaknya dari penyakit yang sebenarnya bisa dicegah.

Pada Kamis (6/11) pekan lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan bahwa organisasi tersebut akan menyediakan imunisasi rutin, layanan gizi, dan pemantauan pertumbuhan bagi sekitar 44.000 anak di Gaza.

Dia menekankan bahwa anak-anak Gaza telah terputus dari layanan kesehatan yang menyelamatkan jiwa selama hampir dua tahun akibat konflik.

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |