Filosofi air dari Sungai Jiwata jadi penerang ekonomi kampung

11 hours ago 1
Listrik dari sungai telah mengubah Tepian Terap dari desa yang terisolasi menjadi ekosistem ekonomi kecil yang berdenyut

Kutai Timur (ANTARA) - Suara itu tak pernah berhenti, menemani harmoni hidup Desa Tepian Terap, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Bukan deru mesin diesel yang memekakkan telinga, melainkan dengung konstan dari bangunan kecil di tepi Sungai Jiwata.

Dengung yang merambat ke nadi-nadi ekonomi warga desa itu getaran turbin Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang mengubah derasnya aliran air menjadi cahaya dan kehidupan.

"Inilah sungai yang betul-betul mengalirkan cahaya dalam kehidupan kami," ujar Rahman kepada ANTARA, Senin (20/10/2025), menegaskan betapa pentingnya sumber listrik dalam sendi kehidupan warga kampung.

Dari sudut desa, kedai kopi sederhana milik Rahman dengan lampu bohlam 10 watt memancarkan cahaya kuning hangat, cukup untuk menerangi papan catur dan wajah-wajah yang berpikir.

Di dalam rumah panggung kayu, seorang ibu bisa menyelesaikan pesanan kue hingga larut malam, sementara anak-anaknya belajar tanpa harus akrab dengan temaram lampu pelita seadanya.

Semua kemewahan sederhana ini --listrik yang menyala 24 jam-- ialah buah dari kemandirian yang dipaksa oleh keadaan.

Terpencil di seberang teluk Sangkulirang, sekitar 154 kilometer atau empat jam perjalanan darat dari Sangatta, ibu kota kabupaten Kutai Timur, Desa Tepian Terap dengan 1.300 jiwanya seolah menjadi titik buta di peta elektrifikasi nasional.

Selama puluhan tahun, janji tentang tiang-tiang listrik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang menjangkau pedalaman Borneo masih ibarat api yang masih jauh dari panggang.

Dalam keterasingan itu, warga tak memilih pasrah. Mereka memegang sebuah filosofi yang diajarkan oleh alam sekitar: hidup layaknya air yang mengalir, mencari celah dan jalan keluar untuk menerobos kebuntuan.

Sungai Jiwata, yang selama ini hanya menjadi sumber air dan jalur transportasi, dilihat dengan cara baru. Di dalam arusnya yang deras, tersimpan energi yang bisa dibebaskan.

Kades Eko dengan bangga menyebutkan bahwa kemandirian elektrifikasi telah melahirkan setidaknya 33 usaha mikro baru di desanya. Ada toko kelontong yang bisa menjual es batu, bengkel motor yang bisa beroperasi di malam hari, usaha pembuatan kue yang tak lagi terbatas waktu, hingga jasa pertukangan yang kini bisa menggunakan peralatan listrik modern.

"Listrik dari sungai telah mengubah Tepian Terap dari desa yang terisolasi menjadi ekosistem ekonomi kecil yang berdenyut," terang Eko.

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |