ERIA School gelar Forum Peringatan 20 Tahun Perjanjian Damai Aceh

3 weeks ago 9

Jakarta (ANTARA) - ERIA School menggelar Forum Peringatan 20 Tahun Perjanjian Damai Aceh untuk membahas arti penting dari perdamaian Aceh di mata dunia serta berbagi ide, pengalaman, dan strategi untuk membangun perdamaian yang inklusif.

“Kita tidak bisa menganggap perdamaian akan terjaga begitu saja. Untuk memastikan 20 tahun ke depan, kita perlu memahami bagaimana kepercayaan itu lahir dan bersama-sama menjaganya tetap kuat,” kata Dekan ERIA School of Government Prof. Nobuhiro Aizawa dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat.

Dalam acara yang digelar di Jakarta, Kamis (14/8) itu, Aizawa mengatakan perdamaian Aceh adalah pencapaian berharga yang harus terus dijaga. Arti penting perdamaian Aceh di mata dunia yakni keputusan-keputusan kecil yang berperan besar dalam keberhasilan prosesnya, serta pentingnya menyiapkan generasi penerus untuk melanjutkan kepercayaan yang telah dibangun.

Dua dekade setelah Perjanjian Damai Aceh mengakhiri konflik bersenjata terpanjang di Indonesia, pondasi perdamaian tetap kokoh berkat sinergi berbagai pihak mulai dari akademisi, media, dan organisasi masyarakat sipil hingga dukungan kuat negara-negara mitra ASEAN.

Komitmen itu menurutnya tidak hanya menguatkan keyakinan masyarakat, tetapi juga menegaskan tanggung jawab bersama untuk menjaga stabilitas kawasan. Peran ASEAN pun tercermin jelas melalui Aceh Monitoring Mission (AMM), yang memantau pelaksanaan kesepakatan secara netral.

Sementara melalui forum itu, ERIA School of Government kembali menegaskan bahwa peringatan atas kedamaian bukan hanya menjadi momen merayakan keberhasilan masa lalu, tetapi juga ajakan untuk memastikan Aceh tetap damai dan sejahtera di tahun-tahun mendatang.

Mantan Wakil Kepala AMM Nipat Thonglek menambahkan bahwa keberadaan tim pemantau membantu menciptakan rasa aman di masa-masa awal pasca perjanjian.

“Kami tidak hanya mengamati, tetapi menjadi penghubung yang memastikan semua pihak menepati komitmennya,” ujar dia.

Baca juga: KemenP2MI-JETRO-ERIA perkuat ekosistem penempatan PMI ke Jepang

Guru Besar Universitas Syiah Kuala dan anggota Dewan BRR Dr. Ahmad Humam Hamid menambahkan bahwa kerja organisasi masyarakat di akar rumput telah mendorong mediasi, membuka ruang dialog bagi semua pihak, dan memupuk rekonsiliasi.

Upaya ini, menurutnya, membuat perdamaian benar-benar terasa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh.

Associate Professor dan Direktur di Georgetown SFS Asia Pacific Yuhki Tajima menyoroti peran riset sebagai panduan dalam mempertahankan perdamaian.

Menurutnya, data dan kajian membantu melihat apa yang berhasil, apa yang masih perlu diperbaiki, serta bagaimana pengalaman Aceh dapat menjadi pelajaran berharga bagi upaya perdamaian di wilayah lain.

Salah satu warisan penting dari perjanjian ini adalah adanya program studi perdamaian di sejumlah universitas di Aceh. Program ini memberi kesempatan bagi generasi muda untuk memahami sejarah konflik sekaligus membekali mereka dengan keterampilan menjaga kerukunan di masa depan.

Baca juga: ERIA sarankan ASEAN kembangkan protokol tanggap darurat gas regional

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |