Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Eliza Mardian menyatakan, pemerintah perlu mengembangkan produk keuangan yang sesuai untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di sektor pertanian secara optimal.
Ia menuturkan bahwa banyak petani yang unbankable, atau tidak memiliki rekening bank, dan belum terbiasa memanfaatkan produk keuangan.
“Perpres (Peraturan Presiden) saja tidak cukup mendorong pertumbuhan kredit di sektor pertanian dan perikanan jika persoalan strukturalnya tidak dibenahi dan produk keuangan yang ditawarkan belum bisa menyesuaikan dengan karakteristik sektornya,” ujar Eliza Mardian saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan bahwa sektor pertanian masih sangat membutuhkan permodalan, tapi secara struktural para pelaku dalam sektor tersebut masih belum dapat optimal memanfaatkan kredit.
“Dengan kondisi persoalan struktural sektor pertanian yang mana 54 persen penduduk miskin bekerja di sektor pertanian, sementara 62 persen petani Indonesia lahannya kurang dari 0,5 hektar (ha). Skala kecil ini kan kurang menarik bagi perbankan,” katanya.
Eliza menyatakan bahwa produk keuangan yang ditawarkan lembaga keuangan saat ini belum ada yang sesuai dengan kebutuhan petani skala kecil karena mereka tidak memerlukan pemodalan sebanyak yang ditawarkan.
Selain itu, ia mengatakan bahwa perbankan juga cukup berhati-hati dalam menyalurkan kredit ke petani skala kecil karena mempertimbangkan risiko kredit macet atau Non-Performing Loan (NPL).
Ia menuturkan bahwa risiko tersebut terjadi karena sektor pertanian, beserta sektor peternakan dan perikanan, merupakan sektor-sektor yang melakukan panen secara musiman dengan harga komoditas yang fluktuatif.
“Jikapun mereka mendapatkan kredit ini kan harus dibayar bulanan, sementara dari sisi pendapatan mereka musiman, tidak tiap bulan. Jadi tidak sinkron antara supply layanan produk keuangan dengan demand kebutuhan pendanaan petani, nelayan, peternak dan usaha kecil,” imbuhnya.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa bank-bank anggota Himpunan Bank Negara (Himbara) telah penyediaan anggaran KUR sebesar Rp300 triliun untuk mendukung peningkatan produksi pertanian.
"Jumlahnya Rp300 triliun KUR secara nasional, dan 3 persen di antaranya untuk alsintan (alat dan mesin pertanian), termasuk di dalamnya ada juga RMU (Rice Milling Unit/mesin penggiling gabah). Kalau untuk petani, sebesar Rp100 juta tanpa agunan," katanya.
Baca juga: CORE sebut KUR pertanian Rp300 triliun beri dampak positif
Baca juga: Kementan pastikan Himbara sediakan Rp300 triliun KUR untuk pertanian
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2025