Edukasi dampak perundungan siber dalam film "Cyberbullying"

2 months ago 24

Jakarta (ANTARA) - Film "Cyberbullying" karya rumah produksi DL Entertainment mengangkat kisah seorang remaja sekolah yang mengalami perundungan di media sosial.

Film ini menyoroti fenomena sosial di mana marak terjadi perundungan di ruang digital yang tidak hanya menyasar orang dewasa, tetapi juga anak dan remaja.

Cerita film "Cyberbullying" berpusat pada Neira, seorang siswi SMP berusia 13 tahun yang dikenal sebagai teladan di sekolah. Dia merupakan seorang yang menaruh minat dalam mempelajari istilah-istilah baru yang mendorongnya untuk mengikuti kompetisi pengejaan kata dalam bahasa Inggris atau Spelling Bee.

Namun, hidupnya berubah drastis setelah sebuah video yang menampilkan pertengkarannya dengan teman sekolah viral di media sosial dan justru menjadi petaka bagi dirinya.

Baca juga: Menkomdigi apresiasi edukasi etika di ruang digital film Cyberbullying

Akibat kejadian itu, Neira mengalami tekanan mental yang berat, menarik diri dari pergaulan, dan kehilangan motivasi hidup.

Untuk memulihkan kondisinya, keluarganya memutuskan agar Neira tinggal bersama sang kakek di lingkungan baru. Di sana, ia mulai menemukan kembali makna hidup melalui nilai-nilai seperti keimanan, kemandirian, cinta tanah air, dan semangat kebersamaan.

Bersama teman-teman barunya, Neira mendirikan taman baca dan tempat pelatihan Spelling Bee bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.

Baca juga: Cegah cyberbullying, komunikasi positif orang tua dan anak ditekankan

Puncak cerita terjadi saat Neira kembali ke sekolah lamanya untuk berpartisipasi dalam lomba Spelling Bee, meraih prestasi, dan sekaligus menuntaskan konflik serta luka emosional dari masa lalunya.

Dari segi cerita, film "Cyberbullying" menyuguhkan cerita seperti film keluarga pada umumnya, menyoroti lingkup pertemanan sekolah dengan pesan moral yang ditonjolkan mengenai bahaya perundungan siber.

Sedangkan dari segi akting, film Cyberbullying menampilkan performa yang cukup beragam. Karena sebagian besar pemerannya adalah anak-anak dan remaja, penampilan akting mereka dalam beberapa adegan terasa masih kaku dan kurang natural. Beberapa ekspresi pemeran terlihat belum sepenuhnya berhasil menyampaikan emosi karakter.

Baca juga: Wamen Veronica Tan: Kolaborasi lintas sektor cegah cyberbullying

Kehadiran aktor senior Roy Marten menjadi nilai tambah tersendiri. Roy Marten mampu memberikan penampilan yang kuat dan meyakinkan. Karakternya sebagai kakek Neira tampil penuh empati dan menjadi figur bijak yang membimbing cucunya keluar dari keterpurukan.

Secara keseluruhan, "Cyberbullying" adalah film dengan pesan sosial yang kuat dan relevan dengan kondisi ruang digital digital masa kini yang masih marak terjadi perundungan.

Meski segi akting sebagian besar karakternya masih perlu ditingkatkan, film ini berhasil menyampaikan pentingnya kesadaran akan dampak buruk perundungan di dunia maya serta pentingnya dukungan keluarga dan lingkungan untuk memulihkan semangat hidup anak yang menjadi korban.

Baca juga: Wamenekraf nilai film membangun kesadaran publik soal "cyberbullying"

Film "Cyberbullying" menjadi film ketiga garapan DL Entertainment setelah "Pulang Tak Harus Rumah" (2024) dan "Keluar Main" (2024). Syuting film "Cyberbullying" dimulai pada 9 April 2025 dan seluruh proses produksi dilakukan di Kota Makassar.

Disutradarai oleh Rusmin Nuryadin dan diproduseri Liani Kawati, film "Cyberbullying" dibintangi oleh Amanda Putri Revina, Roy Marten, Mohammad Rannan Tristan, Cahya Aryanagara, Andi Putri Najwah, Arlita Reggiana, Abdul Rodjak, dan lainnya.

Baca juga: Film "Cyberbullying" angkat kisah remaja dengan penguatan karakter

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |