Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Anak dr. Fatimah Sania Sp.A dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI) menyebutkan langkah ibu menyusui buah hatinya dengan Air Susu Ibu (ASI) turut menjadi solusi menjaga keberlanjutan lingkungan jika dibandingkan dengan susu formula.
Hal itu dikarenakan ASI diproduksi secara alami oleh tubuh ibu, sementara pembuatan susu formula melibatkan banyak proses tidak hanya saat pembuatan susunya tapi juga hingga proses pengemasan hingga transportasinya.
"Menyusui adalah salah satu solusi alami yang ramah lingkungan, karena mengurangi ketergantungan terhadap susu formula dan juga kemasan plastik. Menyusui juga berhubungan dengan kesehatan planet yang lebih baik," kata dokter Sania dalam seminar daring yang digelar RS UI, Senin.
Mengacu pada salah satu jurnal terbitan PubMed Central berjudul "Life Cycle Assessment of Infant Feeding: Comparison of a Cow's Milk-Based Formula and Breastfeeding in the United Kingdom" yang dirilis pada 2022 diungkap bahwa susu formula menyebabkan dampak lingkungan 35-72 persen lebih tinggi dibandingkan dengan menyusui ASI pada bayi secara langsung.
Baca juga: Memahami seluk beluk donor ASI agar pemberiannya tepat sasaran
Salah satu dampak lingkungan yang timbul dari pemberian susu formula yang ditemukan oleh peneliti Elle Cecilie Andresen dan timnya itu adalah potensi pemanasan global hingga 38 persen lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian ASI eksklusif.
Selain itu juga ditemukan bahwa pemberian susu formula pada bayi juga berdampak pada tingginya keasaman tanah hingga 53 persen dan pencemaran air hingga 54 persen jika dibandingkan dengan memberi ASI secara langsung pada bayi.
Maka dari itu, dokter Sania menyarankan setiap ibu yang baru melahirkan mengupayakan pemberian ASI secara eksklusif kepada bayinya karena tidak hanya manfaat kesehatan bagi tubuh tapi juga didapatkan manfaat bagi lingkungan.
Pemberian ASI dijelaskan dokter Sania sebagai langkah yang tidak hanya menguntungkan jangka pendek tapi juga jangka panjang bahkan untuk generasi-generasi di masa depan.
"Jadi kita harapkan semakin banyak orang yang tahu bahwa menyusui ASI memiliki dampak yang sangat baik terhadap lingkungan dan juga perubahan iklim," ujarnya.
Pemberian ASI secara eksklusif juga turut didukung oleh pemerintah sebagai program bahkan masuk dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2023 tentang Kesehatan di pasal 42.
Pasal tersebut menyatakan setiap bayi berhak memperoleh air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan sampai usia enam bulan, kecuali atas indikasi medis.
Untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI kepada bayi, aturan tersebut juga menjelaskan peran masyarakat selama pemberian ASI berlangsung.
Baik keluarga, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat wajib mendukung ibu dan bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
Baca juga: Dokter sebut busui tetap butuh konsultasi untuk konsumsi ASI booster
Baca juga: IDAI sebut sejumlah inisiatif untuk tingkatkan pemberian ASI nasional
Baca juga: Dokter: Dukungan emosional dari lingkungan penting untuk ibu menyusui
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.