"Dokter mata" itu kusebut Jaminan Kesehatan Nasional

1 month ago 15
Peningkatan kepesertaan JKN perlu terus dilakukan dan diupayakan, baik dari sisi BPJS Kesehatan sebagai pengelola, maupun koordinasi degan pihak pemangku kepentingan lain

Madiun (ANTARA) - Hawa dingin di ruang tunggu operasi membuat mata Rindhu (39) perlahan mengantuk. Lamat-lamat didengarnya suara alunan musik dan dentingan peralatan medis dari stainless steel yang saling berbenturan saat ditata perawat untuk persiapan operasi.

Ketukan jarum detik pada jam dinding di ruang itu, semakin memperlambat waktu, saat warga Kelurahan Nambangan Kidul, Kota Madiun, Jawa Timur, yang berprofesi sebagai jurnalis tersebut menunggu giliran untuk operasi.

Satu perawat datang menghampiri dan kemudian meneteskan obat bius lokal pada matanya sebelah kanan. Perlahan-lahan, mata itu mulai kebas dan kemudian hilang rasa. Sang dokter lalu datang dan siap memberikan tindakan operasi, dibantu para perawat.

Sekitar satu jam, dokter yang cekatan dan terampil itu membedah lensa mata Rindhu yang keruh karena katarak, dan menggantinya dengan lensa buatan untuk mengembalikan penglihatan menjadi jernih.

Selama hampir dua tahun terakhir, Rindhu menderita katarak. Tidak pernah terbayang dalam benaknya, dia akan sakit katarak. Selama ini, sakit mata dianggap sepele oleh kebanyakan orang, termasuk dirinya.

Nyatanya, ia begitu "setia" dengan keberadaan selaput putih itu berdiam di mata sebelah kanan, selama hampir dua tahun dan kondisinya semakin memburuk.

Awalnya, terasa seperti ada bercak titik putih yang mengikuti arah pandangan, saat mata melihat objek. Karena masih bercak kecil, maka hal itu tidak digubris. Bahkan, ia mulai terbiasa dengan keberadaan bercak tersebut, meski sering merasa terganggu.

Seiring berjalannya waktu, bercak itu semakin membesar, hingga menyerupai selaput yang menghalangi seluruh pandangan. Penglihatan mata sebelah kanan itu perlahan, namun pasti, menjadi buram, seolah memandang kabut tebal dan sangat mengganggu.

Barulah kemudian ia sadar, bahwa sudah waktunya harus segera memeriksakan mata dan berobat, sebelum terlambat dan menyebabkan hal-hal yang lebih buruk.

Tidak bisa terbayangkan jika mata tidak berfungsi. Bagaimana nanti beraktivitas sehari-hari? Bagaimana nanti dengan pekerjaannya sebagai jurnalis yang meliput, merekam, mengedit, menulis berita, membaca, dan kegiatan lainnya, yang semuanya menggunakan mata. Benar-benar tidak terbanyangkan oleh Rindhu.

Lelaki itu telah lama menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari BPJS Kesehatan. Kini, jaminan sosial dari pemerintah itu bisa dimanfaatkan dengan tepat.

Tentu, siapapun tidak ingin sakit, pikirnya, namun, paling tidak, saat sakit ia telah memiliki JKN sebagai pengaman yang melindungi dirinya dan keluarga. Dalam kesempatan yang diberikan Tuhan untuk menderita karatak, kali ini, ia menyebut JKN sebagai "dokter mataku".

Setelah mendapatkan rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama, ia lalu mendatangi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soedono Kota Madiun, sebagai fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan untuk memeriksakan mata.

Dokter menyatakan mata sebelah kanan positif katarak. Setelah beberapa kali pemeriksaan, ia lalu mendapatkan jadwal untuk operasi.

Kalau pasien umum, operasi itu membutuhkan biaya di kisaran Rp7 juta hingga Rp13 juta, bahkan mungkin bisa lebih, namun karena telah menjadi peserta JKN, maka semua biaya operasi katarak ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Demikian juga dengan selama pemeriksaan mata berlangsung, baik sebelum operasi maupun sesudahnya.

Dalam hati, ia merasa sangat bersyukur karena menjadi peserta JKN. Ia merasakan betul bahwa program JKN merupakan wujud pemerintah hadir untuk rakyat. Negara melayani dan mengabdi secara nyata di bidang kesehatan yang sangat dibutuhkan, serta menjangkau semua segmen masyarakat.

Kepala BPJS Kesehatan Cabang Madiun Wahyu Dyah Puspitasari (kanan) bersama Wali Kota Madiun Maidi (tengah) dan jajaran Pemkot Madiun menggelar Forum Komunikasi Pemangku Kepentingan Utama Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) guna peningkatan kepesertaan di Madiun, Jatim. ANTARA/HO-Diskominfo Kota Madiun

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |