Samarinda (ANTARA) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur (Disbikbud Kaltim) bekerja sama dengan Dewan Kesenian setempat, melakukan persiapan untuk menggelar dialog sastrawan dari tiga negara, yakni Indonesia yang diwakili Kalimantan, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
"Dialog para sastrawan ini dikemas dalam Dialog Serantau Borneo-Kalimantan (DSBK) merupakan forum pertemuan para karyawan atau sastrawan dari tiga negara, khususnya sastrawan di Pulau Borneo atau Kalimantan," kata Ketua Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kaltim Syafril TH Noor di Samarinda, Senin.
DSBK XVI akan digelar selama empat hari pada 17-20 Juni, membahas berbagai hal terkait perkembangan bahasa, sastra, dan budaya di wilayah Borneo, juga menjadi tempat untuk menelurkan berbagai ide penguatan dan pemajuan bahasa, sastra, dan budaya.
Ia menuturkan, pertemuan sastrawan tiga negara dalam satu pulau ini telah berlangsung sebanyak 16 kali, pertama di Miri, Sarawak (Malaysia) pada 1987, kedua di Kinabalu, Sabah (Malaysia) pada 1989, ketiga di Brunei Darussalam pada 1992, keempat di Pontianak, Kalbar (Indonesia) pada 1995.
Kelima di Labuan (Malaysia) pada 1998, keenam di Kuching, Sarawak pada 2000, ketujuh di Banjarmasin, Kalsel (Indonesia) pada 2003, kedelapan di Sandakan, Sabah pada 2005, kesembilan di Brunei Darussalam pada 2007, ke-10 di Samarinda, Kaltim (Indonesia) pada 2011.
Ke-11 di Labuan (2013), ke-12 di Kuching, Sarawak (2015), ke-13 di Pontianak, Kalbar (2017), ke-14 Kinabalu, Sabah (2019), ke-15 di Brunei Darussalam (2023), dan ke-16 segera digelar Samarinda, Kaltim (2025).
Baca juga: Temu Sastrawan Asia Tenggara bicarakan puisi Denny JA
Baca juga: 200 sastrawan bertemu di Ternate
Sementara Ketua Panitia DSBK XVI Amin Wangsitalaja mengatakan, Provinsi Kaltim kali ini menjadi tuan rumah kedua kalinya, setelah sebelumnya menjadi tuan rumah pada 2011, saat itu namanya masih Dialog Borneo-Kalimantan (DBK), belum disisipi kata ‘serantau’ (serumpun).
DSBK ke- 16 tahun ini, tutur Amin, mengusung tema "Nusantara dan Penguatan Sastra Melayu: Merawat Estetika dan Didaktika".
"Dalam pertemuan sastra internasional ini diharapkan terkuak jejak estetika dan didaktika (pembelajaran) sastra dan peran kerajaan nusantara dalam penguatan sastra, utamanya sastra Melayu," ujar ia.
Selain itu, diharapkan terkukuhkan ulang komitmen para sastrawan Melayu untuk selalu memperkuat aspek estetika dalam karya yang diciptakan dengan tidak meninggalkan aspek didaktika sebagai spirit yang tidak ditanggalkan oleh falsafah Melayu.
"Dalam DSBK 2025 ini akan dihadiri 200 peserta dari tiga negara, kemudian ada pameran buku yang diterbitkan masing-masing peserta," katanya.
Ia menjelaskan, saat ini juga sedang proses penerbitan buku kumpulan puisi dari peserta tiga negara dengan judul 'Jejak Perigi di Tanah Melayu'. Buku itu juga nanti akan ikut dipamerkan pada acara itu.
Baca juga: Bentara Budaya Bali gelar pementasan dan dialog sastra
Baca juga: Dialog sastra merayakan 15 tahun Supernova
Baca juga: Menbud: Dialog budaya jadi fondasi jaga identitas bangsa
Pewarta: M.Ghofar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2025