Jakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengatakan prevalensi stunting di Jakarta, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, yakni 17,2 persen, atau turun 0,4 persen dibandingkan 2023.
"(Hasil) ini bukan hal yang menggembirakan. Kita ingin tentu untuk Jakarta angka stunting kita harusnya, idealnya, bisa ditekan jauh lebih rendah lagi," ujar Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Lies Dwi Oktavia di Jakarta, Jumat.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus berupaya menekan angka tersebut, salah satunya dengan memastikan anak-anak mendapatkan gizi cukup selama 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
"Memastikan seluruh bayi dalam 1.000 HPK mendapat akses ASI eksklusif yang baik, kemudian saat mulai mendapat makanan pendamping ASI, mempunyai kebiasaan makan yang baik," kata Lies dalam webinar bertajuk "Dukungan Pemberian Makan pada Bayi dana Anak (PMBA)".
Menurut dia, kecukupan gizi sangat mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak pada periode berikutnya hingga dewasa dan lansia, sehingga penting untuk memastikan kebutuhan gizi mereka terpenuhi pada 1.000 HPK.
Baca juga: Cegah stunting, BBPOM DKI edukasi pentingnya peningkatan gizi
Apabila ditemukan balita masuk kategori kekurangan berat badan (underweight), sambung dia, maka harus mendapatkan intervensi gizi agar bisa kembali ke kurva gizi ideal dan tidak menjadi stunting.
"Kalau kita tidak segera mengintervensi mulai dari tahap underweight, maka besar risiko balita atau bayi tersebut masuk ke dalam kelompok masalah gizi yang lebih serius dan jangka panjang bisa menjadi stunting," jelas Lies.
Lebih lanjut, dia memaparkan Jakarta masih menghadapi masalah kekurangan berat badan pada balita, dengan prevalensi balita underweight sekitar 14,9 persen pada 2024, atau naik dibandingkan 2023 yang hanya 14,5 persen.
"Hal ini menunjukkan kita masih punya masalah dengan gizi pada keluarga yang mempunyai anak balita," tutur Lies.
Dia pun menyampaikan upaya menekan angka stunting di Kota Jakarta membutuhkan dukungan dari semua pihak, mulai dari orang tua, masyarakat, tenaga kesehatan hingga pemerintah.
Dengan adanya dukungan tersebut, lanjut dia, anak bisa memiliki perilaku makan yang sehat.
Baca juga: Pengentasan stunting harus dimulai sejak perencanaan kehamilan
Baca juga: SDA Jaksel bangun 19 MCK untuk atasi stunting pada 2024
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.