Jakarta (ANTARA) - Komisi Nasional Disabilitas (KND) mendorong agar difabel mendapatkan kesempatan yang setara dalam industri perfilman nasional melalui pembangunan ekosistem yang inklusif dan ramah bagi semua.
Ketua KND Dante Rigmalia mengatakan penggambaran penyandang disabilitas dalam film Indonesia masih sering bersifat stereotip dan belum sensitif terhadap keberagaman mereka.
“Sering kali penyandang disabilitas digambarkan sebagai korban, penjahat, atau orang yang membutuhkan bantuan. Ini harus kita geser karena mereka memiliki hak yang sama,” ujar Dante dalam Forum Dialog Perfilman Inklusi: Peluang Disabilitas di Industri Perfilman di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan persepsi negatif dan kurangnya representasi positif dalam perfilman dapat memperkuat stigma serta diskriminasi terhadap penyandang disabilitas di masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi pelaku industri film untuk menghadirkan representasi yang akurat.
Menurut dia, dukungan teknis dan akomodasi yang layak menjadi hal penting agar difabel dapat menampilkan karya terbaik mereka.
“Ketika mereka diberi dukungan latihan dan fasilitas yang sesuai, mereka bisa tampil optimal. Karya mereka harus dilihat dari sisi kualitas,” kata Dante.
Dia menambahkan lingkungan industri film yang inklusif akan mengeliminasi stigma negatif dan membuka kesempatan yang sama bagi setiap individu untuk berkarya.
Baca juga: DKI bakal libatkan difabel tampil dalam program di ruang publik
Dalam kesempatan yang sama, produser dan sutradara dokumenter sekaligus pendiri Komunitas Cinta Film Inklusi (KCFI) Budi Sumarno mengatakan keterlibatan penyandang disabilitas dalam industri film dapat melahirkan karya yang menggugah dan beragam.
“Ketika inklusivitas terbangun, film yang lahir akan menggugah simpati dan memperkaya perspektif karena pengalaman pribadi teman-teman disabilitas bisa muncul. Industrinya berubah dari eksklusif menjadi kolaboratif,” tutur Budi.
Dia pun berharap dengan semakin banyaknya ruang bagi difabel untuk berkarya, maka industri film nasional dapat berkembang menjadi ekosistem yang sehat dan berkeadilan.
Sementara itu, Pembina Dewan Pimpinan Pusat Disabilitas Indonesia (DPPDI) Gufronil Sakarel menilai komunitas film dapat menjadi agen perubahan dalam membangun kesadaran publik terhadap isu inklusivitas.
“Kalau satu orang saja berubah, itu sudah berarti kita bisa mempengaruhi. Tugas kita adalah terus memproduksi film-film yang membawa pesan inklusi,” ungkap Gufronil.
Forum dialog yang digelar oleh Komisi Filantropi Dewan Kesenian Jakarta dan KCFI serta Inklusi Film Indonesia itu berlangsung secara interaktif.
Beberapa peserta menyampaikan pertanyaan seputar cara menyalurkan potensi anak didik penyandang disabilitas yang memiliki bakat seni, seperti desain grafis, puisi, dan akting.
Ada pula orang tua difabel yang turut mengungkapkan kebingungannya mengenai peluang kerja bagi anak mereka setelah lulus kuliah karena lapangan pekerjaan yang ramah disabilitas masih terbatas.
Baca juga: Jakbar gelar pelatihan seni kriya bagi kaum disabilitas
Baca juga: PPKD Jaksel buka peluang pelatihan kerja bagi penyandang disabilitas
Pewarta: Ade irma Junida/Juliyanti
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.